Syahidnya Ismail Haniyah Semangat Perlawanan Palestina dan Dampak pada Dunia Islam
Pasca syahidnya Ismail Haniyah, entitas penjajah Yahudi berharap bahwa perlawanan rakyat Palestina bakal berakhir. Hal ini dinilai sebagai kesalahan besar. “Mereka salah besar!”
Ismail Haniyah, pemimpin politik Hamas, telah syahid akibat serangan udara di Teheran, Iran, pada Rabu 31 Juli 2024. Selama agresi Zionis Yahudi ke Palestina, keluarga Haniyah turut menjadi sasaran serangan. Pada April lalu, tiga anak dan empat cucunya juga syahid dibunuh oleh Zionis Yahudi. Sekitar 65 orang dari keluarga Ismail Haniyah telah gugur.
Syahidnya para pahlawan umat Islam justru akan melahirkan para pejuang baru dan menambah semangat perlawanan terhadap penjajah. Ini sebagaimana kepemimpinan panglima perang Islam pada masa Rasulullah saw. Demikian juga pada masa Khulafaur Rasyidin. Perlawanan tidak pernah berhenti meskipun para pahlawan Islam telah syahid di medan pertempuran.
Kematian dalam perjuangan, sebutlah untuk kemerdekaan Palestina dari penjajahan Zionis Yahudi, adalah sesuatu yang justru dirindukan oleh umat Islam. Tak hanya itu, pahala syahid menjadi semacam bahan bakar yang membuat bara api perjuangan semakin membesar.
Pembunuhan ini semakin menunjukkan kepada publik bahwa entitas penjajah Yahudi benar-benar musuh umat Islam. Entitas penjajah ini juga semakin menampakkan kekejamannya, tanpa peduli apapun, menyerang Palestina, Libanon, Iran, Yaman, Suriah, maupun Irak. Zionis melakukan serangan tanpa mempedulikan hukum-hukum internasional dan reaksi dari para penguasa negeri-negeri Islam. Mereka bahkan tidak mempedulikan reaksi Iran sekalipun meskipun serangan ke Iran dan elit politik maupun militer bukanlah pertama kali.
Faktor-faktor Keberanian Zionis Yahudi
- Pertama: Zionis Yahudi sebelumnya telah memastikan negara yang akan diserang, termasuk ke Iran, tidak bakalan melakukan serangan balasan yang mampu mematikan jantung mereka. Mereka sudah mengukur bahwa Iran tidak akan melakukan tindakan yang mematikan mereka, seperti halnya Libanon.
- Kedua: Mereka pun tahu para penguasa negeri Muslim lainnya juga tidak akan merespon dengan serangan yang mematikan. Dengan kata lain, para penguasa negeri Arab tidak akan menggerakkan tentara-tentara mereka untuk melakukan serangan balasan yang berarti terhadap entitas penjajah Yahudi ini.
- Ketiga: Zionis sadar, di belakang mereka berdiri Amerika Serikat (AS) sebagai penyokong mereka. Netanyahu tidak akan bisa dan mampu melakukan ini kecuali dengan dukungan Amerika. Semua kekejaman Zionis tak bisa dilepaskan dari dukungan harga mati berdarah AS kepada entitas penjajah ini.
- Keempat: Lemahnya persatuan umat Islam di berbagai negeri Muslim. Entitas penjajah Yahudi ini paham, selama umat Islam masih dibelenggu oleh konsepsi nation-state (negara-bangsa), mereka akan sulit bersatu secara politik pada level global. Absennya Negara Islam yang mewakili umat Islam secara global, yaitu Khilafah Islam ‘alaa Minhaaj an-Nubuwwah, makin melemahkan persatuan umat.
Serangan ini semestinya menjadi pelajaran yang memalukan bagi para penguasa termasuk di Iran, negara berdaulat yang malah terkesan membiarkan tamu mereka (Ismail Haniyah) terbunuh. Jelas ini menunjukkan kaki tangan penjajah Yahudi ini telah masuk ke jantungnya Iran. Serangan ini bisa berjalan mulus pastilah karena ada pengkhianatan di tubuh Iran.
Di sisi lain, kembali diamnya penguasa negeri-negeri Islam terhadap serangan ini makin membuktikan pengkhianatan mereka. Semua serangan di negeri-negeri Islam itu terjadi di bawah para penguasa yang berkhianat, konspirator, dan pengecut. Mereka telah mencapai titik bahwa mereka tidak lagi peduli terhadap tanah yang dijarah, kehormatan yang dilecehkan, atau saudara dekatnya di Bumi Islam yang dianiaya oleh musuh mereka. Mereka tidak lagi tergerak oleh darah suci yang tertumpah meskipun itu darah seorang tamu yang dalam perlindungan mereka atau seorang Muslim yang berlindung dari kekejaman Yahudi.
Kebutuhan Akan Institusi Politik Khilafah
Hal ini sekaligus menunjukkan betapa umat saat ini membutuhkan institusi politik Khilafah ‘alaa Minhaaj an-Mubuwwah yang notabene mampu menyatukan negeri-negeri Muslim. Untuk para panglima perang di negeri-negeri Muslim: Inilah kesempatan mereka untuk mendapatkan tempat mulia di sisi Allah SWT, agar mencabut kekuasaan penguasa pengkhianat umat. Sungguhnya kekuasaan ada di tangan mereka untuk membebaskan tanah kaum Muslim.
Pernyataan Hizbut Tahrir Palestina
Terkait dengan upaya menyingkirkan penguasa pengkhianat di negeri Islam dan tegaknya Khilafah, ada dua hal yang diingatkan Hizbut Tahrir Palestina dalam pernyataan pers setelah syahidnya Ismail Haniyah:
“…Menyingkirkan para penguasa pengecut yang telah menyia-nyiakan umat, agama dan darahnya, serta mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, telah menjadi isu utama dalam setiap peristiwa, bahkan menjadi akar dari semua malapetaka yang terjadi di negeri-negeri kaum Muslim. Karena itu isu tentang keberadaan Imam (Khalifah) bagi kaum Muslim, yang akan menjadi pelindung dan perisai mereka, menegakkan agama dan menghidupkan jihad, melindungi negeri dan rakyat, telah menjadi kebutuhan yang mendesak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Ketika itu terjadi, maka entitas Yahudi dan serangannya hanya akan menjadi kerusakan dan jejak yang segera dihilangkan, dengan izin Allah.
Allah SWT berfirman (yang artinya): Setiap kali mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkan api itu, dan mereka berusaha membuat kerusakan di bumi. Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (TQS al-Maidah [5]: 64).
AlLaahu Akbar!
[Farid Wadjdi]
Tidak ada komentar untuk "Syahidnya Ismail Haniyah Semangat Perlawanan Palestina dan Dampak pada Dunia Islam"
Posting Komentar