Cara Mengikis Cinta Dunia Menurut Islam: Hikmah dan Pentingnya Mengutamakan Akhirat

إنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam, serta mengizinkan kita berkumpul di tempat yang diberkahi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

1. Di antara pelajaran Ramadhan (Durus Ramadhaniyah) bagi kita, adalah Ramadhan mengajarkan kita untuk mengikis kecintaan kepada dunia.

Lihatlah orang yang berpuasa. Bagaimana ia meninggalkan kesenangan dunia, memilih menderita demi melaksanakan titah Allah SWT. Ini adalah pelajaran bagi kita, hendaknya kita bisa mengikis kecintaan kepada dunia (bersenang senang dengan mengumbar nafsu perut dan syahwat), baik di bulan Ramadhan atau di bulan-bulan yang lain.

2. Memang manusia secara fitrah memiliki kecenderungan untuk mencintai dunia.

Dalam diri manusia ada naluri mempertahankan diri yang salah satu penampakannya adalah adanya keinginan untuk memiliki segala sesuatu yang akan menjadikan dirinya bisa eksis, dihargai, dihormati, dielu-elukan dan dipuja-puja orang lain. Wujud dunia yang dicintai manusia bisa berbentuk harta kekayaan, anak dan istri, jabatan dan popularitas, atau apa saja.

3. Allah berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 14

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Telah dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik

4. Kenapa kecintaan kepada dunia harus dikikis?

Karena kecintaan kepada dunia jika terus berkecamuk dalam hati manusia, niscaya akan menghalanginya dari ibadah kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya. Allah berfirman:

اَي أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمْ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

Wahai orang-orang yang beriman: ada apa dengan kalian, kenapa ketika dikatakan: berangkatlah (berjihad) di jalan Allah, kalian merasa berat? Apakah kalian lebih suka kehidupan dunia daripada akhirat? Tidaklah kenikmatan dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya kenikmatan yang sedikit.

5. Bacakan juga QS.al-Munafiqun: 9.

اَي أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.

6. Kecintaan kepada dunia harus dikikis karena akan menjadi penyebab lemahnya kaum muslimin.

Dalam hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa akan datang suatu masa, di mana kaum muslimin lemah tidak berdaya di hadapan musuh-musuhnya. Saat itu kaum muslimin bagaikan makanan pada nampan yang dikerubuti oleh musuh. Kaum muslimin saat itu banyak namun lemah bagaikan buih. Musuh tidak merasa gentar ketika berhadapan dengan mereka. Penyebabnya adalah penyakit wahn. Yaitu cinta dunia dan takut mati.

قال رسول هللا: يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ الْأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى الْقَوْمُ عَلَى قَصْعَتِهِمْ قَالَ : قِيلَ : مِنْ قِلَّةٍ ؟ قَالَ : لَا، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءُ السَّيْلِ، يُنْزَعُ الْوَهَنُ مِنْ قُلُوبِكُمْ، وَيُنْزَعُ الرُّعْبُ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ، تُحِبُّونَ الدُّنْيَا وَتَكْرَهُونَ الْمَوْتَ

Rasulullah bersabda: "Telah dekat suatu masa dimana kalian akan dikerubuti oleh umat-umat yang lain sebagaimana suatu kaum mengerubuti nampan makanan mereka." Rawi berkata: Rasulullah SAW ditanya: "Apakah hal itu disebabkan karena sedikitnya (jumlah kami)?" Rasulullah SAW bersabda: "Bukan, melainkan karena kalian bagaikan buih banjir. Akan dijadikan penyakit wahn (lemah) pada hati-hati kalian, dan akan dicabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, karena kecintaan kalian pada dunia dan takutnya kalian akan kematian."

7. Ceritakan kejadian perang uhud.

Pada saat perang Uhud kaum muslimin kocar-kacir, dikalahkan oleh musuh. Penyebabnya adalah karena pasukan pemanah yang ada di atas bukit Rumat meninggalkan posisinya. Padahal Rasulullah telah berpesan agar mereka tetap di posisi itu, apapun yang terjadi sampai diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk turun. Namun karena mereka melihat kaum muslimin yang berada di bawah bukit sedang sibuk memperebutkan harta rampasan perang. Maka mereka pun lupa akan pesan Rasulullah SAW. Akhirnya mereka turun bergabung dengan kaum muslimin yang lain. Kondisi itu dimanfaatkan oleh musuh. Ketika melihat pasukan di balik bukit sudah tidak ada, maka musuhpun datang dari belakang kaum muslimin melancarkan serangan. Kaum muslimin akhirnya terdesak mundur.

8. Bagaimana cara mengikis cinta dunia dalam diri kita, sehingga dunia tidak menjadi penghalang ibadah dan berjuang di jalan Allah?

Selain mengetahui bahaya cinta dunia sebagaimana dijelaskan tadi, kita juga harus mengetahui hakikat dunia dibandingkan dengan akhirat. Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menjelaskan akan hakikat dunia, di antaranya:

QS. Al-An’am: 32

حْ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Tidaklah kehidupan dunia kecuali bagikan permainan dan senda gurau semata. Dan sungguh negeri Akhirat itu pasti lebih bagi orang-orang yang bertakwa. Apakah mereka tidak berpikir?”

QS. At-Taubah: 38

فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

“Tidaklah kenikmatan dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya kenikmatan yang sedikit.”

QS. Luqman: 33

فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا

“Janganlah kalian tertipu oleh kehidupan dunia.”

9. Ditengah kehidupan yang didominasi oleh kapitalisme yang materialistik, akan sangat sulit mengikis kecintaan terhadap kehidupan dunia dari diri kita.

Selain kita harus menyadari hakikat dunia menurut Allah SWT, kita juga butuh suasana yang mendukung di tengah-tengah masyarakat kita. Jika suasana dan lingkungan masyarakat kita masih didominasi dengan materialisme dalam segala bidang, maka sepertinya hanya orang-orang yang hebat imannyalah yang tidak akan terbawa arus materialistik yang sangat deras menyapu relung-relung kehidupan kaum muslimin saat ini.

10. Karena itulah, mutlak diperlukan sebuah peradaban yang tidak materialistik, mutlak dibutuhkan sebuah sistem kehidupan yang bisa memposisikan dunia pada tempatnya, mutlak juga dibutuhkan sebuah kekuatan yang bisa mengkondisikan dan mengubah suasana masyarakat agar tidak terseret dan didominasi dengan materialisme.

Itulah peradaban Islam, itulah sistem kehidupan Islam.

بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللّٰهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَةِ اْلإِسْلاَمِ، وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحسْاَنٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا، لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا، إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا. رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا. رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا: وَاغْفِرْلَنَا، وَارْحَمْنَا، اَنْتَ مَوْلاَنَا، فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ.

اَللَّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ، وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ، اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ، وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ، وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ، وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ.

اللَّهُـمَّ مُنْزِلَ الكِتَابِ، ومُجْرِيَ السَّـحَابِ، وهَـازِمَ الأحْـزَابِ، اهْزِمْـــهُمْ وانْصُرْنَــا عليــــهم

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ، تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ، وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ، يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَ اللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرْ

Tidak ada komentar untuk "Cara Mengikis Cinta Dunia Menurut Islam: Hikmah dan Pentingnya Mengutamakan Akhirat"