Kepastian Hari Kiamat dalam Surat Al-Mursalât

Kepastian Hari Kiamat

Surat Al-Mursalât (QS Al-Mursalat [77]: 1-7) diawali dengan sumpah Allah SWT atas lima hal yang menunjukkan keagungan dan keistimewaannya. Allah SWT berfirman:

وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا . فَالْعَاصِفَاتِ عَصْفًا . وَالنَّاشِرَاتِ نَشْرًا . فَالْفَارِقَاتِ فَرْقًا . فَالْمُلْقِيَاتِ ذِكْرًا . عُذْرًا أَوْ نُذْرًا . إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَاقِعٌ

“Demi yang diutus untuk membawa kebaikan; yang terbang dengan kencangnya; yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya; yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya; yang menyampaikan wahyu untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan. Sungguh apa yang dijanjikan kepada kalian itu pasti terjadi.”

Penjelasan Surat Al-Mursalât

Surat ini dinamai Al-Mursalât, yang diambil dari kata pada ayat pertama. Ada juga yang menyebutnya Surat Al-‘Urf. Surat ini terdiri dari lima puluh ayat dan menurut mayoritas ulama termasuk Makkiyyah, kecuali satu ayat (ayat 49) yang dinilai Madaniyyah. Para ulama seperti Al-Zamakhsyari, Ibnu Katsir, dan lainnya menyebutkan bahwa surat ini memiliki banyak pelajaran penting tentang keagungan ciptaan Allah SWT dan kepastian Hari Kiamat.

Tafsir Ayat

  1. Wa Al-Mursalât ‘Urf[an] (Demi yang diutus untuk membawa kebaikan). Ayat ini mengandung perbedaan pendapat mengenai maksud kata *Al-Mursalât*. Sebagian menafsirkan sebagai malaikat, sebagian lainnya sebagai nabi-nabi yang diutus, dan ada pula yang memaknainya sebagai angin yang membawa rahmat Allah SWT.

  2. Fa Al-‘Âshifât ‘Ashf[an] (yang terbang dengan kencangnya). Kata ini juga memiliki berbagai penafsiran, antara lain angin yang bertiup kencang atau malaikat yang menjalankan perintah Allah SWT dengan kecepatan luar biasa.

  3. Wa An-Nâsyirât Nasyr[an] (yang menyebarkan [rahmat Tuhannya] dengan seluas-luasnya). Penafsiran terhadap *An-Nâsyirât* mencakup malaikat yang menyebarkan wahyu, angin yang menyebarkan mendung, atau hujan yang menyebarkan kesuburan.

  4. Fa Al-Fâriqât Farq[an] (yang membedakan [antara yang haq dan yang batil]). Kata ini dimaknai sebagai Al-Qur’an yang memisahkan antara hak dan batil, para nabi yang menjelaskan kebenaran, atau malaikat yang menurunkan wahyu.

  5. Fa Al-Mulqiyât Dzikr[an] (yang menyampaikan wahyu). Hal ini merujuk pada malaikat yang menyampaikan wahyu kepada nabi dan rasul, atau nabi yang menyampaikan peringatan kepada manusia.

Makna dan Pelajaran

Dari ayat-ayat ini terdapat beberapa pelajaran penting:

  1. Keistimewaan Ciptaan Allah SWT

    Angin, malaikat, dan nabi memiliki kesamaan dalam keistimewaan mereka. Angin, meski tak kasatmata, memberikan manfaat dan dapat menjadi peringatan bagi manusia. Malaikat, meski sepenuhnya gaib, tunduk sepenuhnya pada perintah Allah SWT. Begitu pula nabi dan rasul, yang tugasnya adalah menyampaikan kebenaran dan taat kepada Allah SWT.

  2. Kegunaan Wahyu

    Wahyu yang disampaikan oleh malaikat dan nabi merupakan *dzikr[an]* (peringatan) yang berfungsi sebagai *‘udzr[an]* (alasan Allah SWT untuk memberi azab kepada yang mengingkarinya) dan *nudzr[an]* (peringatan kepada manusia). Peringatan ini mencegah manusia dari dosa yang membawa mereka pada azab akhirat.

  3. Kepastian Hari Kiamat

    Ayat-ayat ini menegaskan kepastian Hari Kiamat. Meskipun tidak terlihat atau terindra, hal itu pasti terjadi. Manusia diajak untuk tidak menolak berita tentang Hari Kiamat hanya karena keterbatasan indera mereka. Sumber berita yang berasal dari wahyu adalah kebenaran yang harus diimani.

Kesimpulan

Allah SWT dengan sumpah-Nya dalam Surat Al-Mursalât menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya. Melalui ciptaan-Nya seperti angin, malaikat, dan wahyu, manusia diingatkan tentang kepastian Hari Kiamat. Semua ini memberikan pelajaran bahwa iman kepada Allah SWT dan wahyu-Nya adalah jalan untuk selamat dari azab akhirat. Dengan demikian, kewajiban manusia adalah menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Wallâhu A’lam Bish-Shawâb.

```

Tidak ada komentar untuk "Kepastian Hari Kiamat dalam Surat Al-Mursalât"