Al-Qur'an dan Ramadan: Jalan Menuju Takwa dan Ampunan Allah SWT



إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

اللهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. 

قَالَ اللهُ تَعَالَى:
اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَࣖ ۝٢٥٧ (اَلْبَقَرَةُ) 

Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena kita dipilih sebagai hamba-Nya yang dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadan. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah di dalam kitab sahih Ibnu Khuzaimah, baginda berkhotbah di malam Ramadan. Baginda Shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan, "Ya ayyuhannas qad ja'akum syahrun azhim, syahrun mubarak, syahrun fihi lailatun khairun min alfi syahrin."

(يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرٌ عَظِيمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ)

Siapa yang menunaikan satu kebaikan, maka dia sama seperti menunaikan ibadah fardu di luar bulan suci Ramadan. Dan siapa yang menunaikan satu ibadah fardu, maka dia sama seperti menunaikan 70 kali ibadah fardu di luar bulan suci Ramadan.

Muslimin sidang jamaah rahimakumullah, itulah keistimewaan bulan suci Ramadan. Allah dalam surat Al-Baqarah yang khatib kutip di dalam mukadimah tadi menjelaskan pada kita bahwa Ramadan dihadirkan oleh Allah setiap tahun, meski tidak semua di antara kita bisa bertemu dengan Ramadan setiap tahun.

Ramadan dihadirkan oleh Allah untuk hikmah yang Allah kehendaki. Allah di dalam Al-Qur'an menyatakan, "Ya ayyuhalladzina amanu kutiba alaikumus siyam kama kutiba alal ladzina min qablikum la'allakum tattaqun."

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ)

Allah menjadikan puasa di bulan suci Ramadan di siang harinya dan qiamu Ramadan di malam harinya, dan seluruh kemuliaan di waktu selama 24 jam di bulan suci Ramadan itu semuanya untuk hikmah yang Allah kehendaki, la'allakum tattaqun, agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.

Tidak sampai di situ, di ayat berikutnya ketika Allah menyatakan, "Syahru ramadhan alladzi unzila fihil qur'anu hudan linnasi wa bayyinatin minal huda wal furqan."

(شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ)

Allah tidak hanya menjadikan Ramadan dengan hikmahnya agar kita mendapatkan takwa, Allah sekaligus menurunkan kepada kita manual book-nya agar kita bisa mendapatkan ketakwaan itu. Apa manual book-nya? Al-Qur'an yang diturunkan di bulan suci Ramadan. Itulah yang Allah nyatakan, "Syahru ramadhan alladzi unzila fihil qur'an," bulan Ramadan adalah bulan di mana Al-Qur'an diturunkan, hudan linnas, sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Muslimin sidang jamaah rahimakumullah, Al-Qur'an merupakan kitab yang begitu dahsyat. Al-Qur'an bukan saja berisi perintah dan larangan, di dalam Al-Qur'an banyak sekali yang Allah Subhanahu wa Ta'ala jelaskan. Oleh karena itu, muslimin sidang jamaah Jumat rahimakumullah, ketika kita diperintahkan berpuasa Ramadan, ditetapkan oleh Allah sebagai bulan yang dimuliakan, di situ Al-Qur'an diturunkan, di situ perintah puasa ditetapkan, dan Ramadan itu dipilih.

Kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Ramadan itu dari kata ramad yang artinya kata nabi, Ramadan, Ramadan disebut Ramadan li'anahu yuhriqudz dzunub, karena Ramadan itu bisa membakar dosa-dosa kita. Maka ketika kita berpuasa di bulan suci Ramadan di siang harinya, kita menjaga mata kita, kita menjaga telinga kita, kita menjaga mulut kita, kita menjaga semua anggota tubuh kita untuk tidak melakukan perbuatan maksiat di siang harinya. Kemudian di malam harinya, Allah jadikan qiam Ramadan, menghidupkan malam Ramadan.

Dan kalau itu kita lakukan semuanya dengan imanan wahtisaban, maka apa yang disebutkan nabi, innama ramadanun, Ramadan disebut Ramadan agar kemudian dia bisa membakar dosa-dosa kita. Dengan Ramadan, dosa-dosa kita rontok. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan, "Man shama ramadhana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi."

(مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)

Siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan dasar iman dan dia lakukan semata-mata karena Allah, maka dosa-dosa dia yang masa lalu akan diampuni semuanya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah menyatakan, "Man qama ramadhana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi."

(مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)

Siapa yang menghidupkan malam Ramadan dengan dasar keyakinan dan dilakukan semata-mata karena panggilan, karena keikhlasan semata-mata karena perintah Allah, maka dosa-dosanya yang masa lalu akan diampuni.

Muslimin sidang jamaah Jumat rahimakumullah, inilah keistimewaan bulan suci Ramadan. Dan keistimewaan itu kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala sempurnakan dengan Allah menurunkan Al-Qur'an agar kita bisa memastikan bisa mendapatkan hikmah, yaitu meraih ketakwaan, bisa mendapatkan kemuliaan, dan bisa mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tetapi sayang, muslimin sidang jamaah rahimakumullah, banyak di antara umat Islam yang kemudian tidak mendapatkan hikmah ketakwaan tadi. Banyak umat Islam yang tidak mendapatkan kemuliaan Ramadan tadi, termasuk juga bagaimana dosa-dosanya kemudian diluruhkan dari tubuhnya, diluruhkan dari dirinya. Banyak yang tidak mendapatkan semuanya itu. Pertanyaannya, kenapa ketika Allah menurunkan Al-Qur'an dan Al-Qur'an itu menjadi manual book kita, masalahnya kita tidak membaca Al-Qur'an. Masalahnya mungkin kita membaca, tapi kita tidak memahami maknanya. Al-Qur'an mungkin kita membaca, memahami, tetapi kita tidak mengamalkan isinya. Al-Qur'an itulah yang menyebabkan kenapa kemudian kita tidak mendapatkan hikmah takwa tadi. Itulah mengapa kita tidak mendapatkan kemuliaan Ramadan dan itulah yang menjadi alasan kenapa kita tidak mendapatkan maghfirah, ampunan.

Muslimin sidang jamaah rahimakumullah, di dalam ayat yang lain, surah An-Nahl ayat 89, Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan, "Wa yauma nab'atsu fi kulli ummatin syahidan alaihim min anfusihim wa ji'na bika syahidan ala haulai."

(وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ)

Dan pada hari di mana kami bangkitkan di setiap umat itu ada seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan kami datangkan kamu Muhammad sebagai saksi atas mereka. Artinya, apa yang kita lakukan hari ini itu akan dipersaksikan di hadapan Allah oleh Rasulullah. Kalau kita mengaku sebagai umat Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, maka tentunya kita mesti harus terikat dengan tuntunan syariat Rasulullah yang itu semuanya sudah digambarkan, digariskan, dijelaskan begitu detail di dalam Al-Qur'an. Maka kemudian Allah menyatakan, "Wa nazzalna alaika al-kitaba tibyanan likulli syai'in."

(وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ)

Dan kami telah menurunkan kepadamu Muhammad kitab tibyanan untuk menjelaskan segala sesuatu.

Maka Al-Qur'an bukan hanya sekadar manual book untuk satu perkara, tapi Al-Qur'an merupakan manual book untuk seluruh aspek kehidupan kita di dunia sampai kita kemudian menuju ke akhirat. Mulai dari a sampai z, dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, dari urusan apapun, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, sosial, pertahanan, bukan hanya sekadar membahas soal ibadah

اَلْحَمْدُ لِلهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛

 فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.

 

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا، لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا، إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

 

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا. رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا. رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا: وَاغْفِرْلَنَا، وَارْحَمْنَا، اَنْتَ مَوْلاَنَا، فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ.

 

اَللَّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ، وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ، اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ، وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ، وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ، وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ.

 

 اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ، تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ، وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ، يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

 

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Tidak ada komentar untuk "Al-Qur'an dan Ramadan: Jalan Menuju Takwa dan Ampunan Allah SWT"