Dampak Dosa dan Maksiat: Membantu Musuh Mengalahkan Diri Sendiri
Mari kita awali dengan membacakan surat Al-Fatihah untuk mualif kitab ini, Al-Alamah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, guru-guru kita semua, dan kita yang hadir di majelis ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan keberkahan ilmu, memberikan manfaat dan taufik kepada kita semua, amin ya rabbal alamin.
Siksaan Akibat Dosa dan Maksiat
Allahumma...
"Dampak dosa dan maksiat atau siksaan yang diakibatkan oleh dosa dan maksiat adalah bahwa sesungguhnya dosa dan maksiat itu madadun minal insan (merupakan bantuan dari manusia)."
Manusia Membantu Musuhnya
"Madad itu bisa bantuan, bisa juga ya. Jadi manusia itu dengan dosanya justru atau dengan maksiat yang dilakukan itu justru membantu, ya membantu siapa? Yumiddu bihi aduwahu alaihi (maka dengan madad itu manusia itu membantu musuhnya untuk mengalahkan dirinya sendiri). Ini jadi kan orang kalau punya pikiran waras, dia enggak akan melakukan maksiat, dia enggak akan melakukan dosa karena maksiat dan dosa itu justru membantu musuhnya untuk mengalahkan dirinya. Karena dengan maksiat itu orang menjadi lemah."
Dosa Sebagai Tentara Musuh
"Wajaisyun yuqwihi bihi ala harbihi (dan dosa itu bisa dikatakan merupakan tentara yang menguatkannya, ya jadi menguatkan musuh tadi, bihi ya jadi untuk mengalahkannya ala harbihi dalam peperangannya)."
Ujian Manusia dengan Musuh yang Tak Pernah Lengah
"Wadalika anallahu subhanahu wa taala ibtala hadal insan biadwin la yufariquu tharfata ain (itu karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menguji manusia itu dengan musuh yang tidak pernah meninggalkannya meskipun sekejap mata. Jadi setan itu tidak pernah meninggalkan kita meskipun sekejap mata, enggak pernah lengah sedikit pun, itu setan)."
Setan Tidak Tidur, Manusia Lengah
"Ya yanamu wala yanamu anhu (manusia itu tidur tapi musuhnya itu enggak pernah tidur, tidak pernah lengah, ya tidak pernah tidur. Jadi karena itu di dalam tidur kita pun setan itu bekerja, ya kan setan bekerja. Makanya kenapa pada saat malam ketika waktunya qiyamul lail kita tidak bisa qiyamul lail itu dalam hadis kan disebutkan bahwa orang yang tidur kemudian tidak bisa bangun di tengah malam itu seperti dikencingi, dikencingi setan, ya kan? Nah itu jadi telinganya, matanya semua dikencingi setan. Kenapa? Karena setan enggak tidur, ya kita tidur. Nah ini)."
Setan Mengerahkan Segala Upaya
"Wala yakfulu anhu yarahu hua waqobiluhu min haisu la yarahu (sementara setan atau musuhnya tadi enggak pernah lengah, dia melihatnya dan golongannya dari arah yang tidak dia lihat). Yabdulu juhdahu fi muadatihi fi kulli halin (dia mengerahkan semua effort, semua kemampuannya dalam permusuhannya di dalam setiap kesempatan, setiap keadaan). Wala yada amron yakiduhu bihi yakdiru ala isolihi ilaihi illa fa'alahu (dan setan itu tidak pernah meninggalkan sesuatu pun yang dia gunakan untuk melakukan tipu muslihat, tipu daya, yang sanggup untuk mengantarkannya kepadanya kecuali pasti dia akan pakai. Jadi apa saja yang bisa dipakai untuk mengantarkan setan pada kita itu pasti akan dipakai. Makanya apa saja sarana ya, sarana-sarana yang bisa dipakai untuk melakukan tipu muslihat pada kita pasti akan digunakan. Ini ya itu jadi luar biasa ya)."
Memanfaatkan Keturunan dan Sekutu
"Wastainu alaihi bibani abihi minatinil jin minatinil ins (dan dia menggunakan apa? Menggunakan perkara tadi, bibi jadi yastainu alaihi dia menggunakan untuk mengalahkannya dengan keturunan ayahnya, maksudnya dengan manusia, baik itu berupa setan jin maupun yang lain yaitu setan manusia ini. Nah jadi ini gambaran tentang bagaimana setan itu ya luar biasa. Jadi dia memanfaatkan segala cara, memanfaatkan berbagai macam kesempatan untuk berusaha terus-menerus bagaimana dia mengalahkan kita ya, nah ini)."
Menyusun Rencana dan Menyebarkan Mata-Mata
"Waqad nasaba lahul habail wabaghul gawail wamadda haulah asroq (dan kemudian setan itu pun menyusun tipu muslihat, rencana, dan menyusun strategi atau rencana atau jebakan gitu, dan menyebarkan mata-mata di sekitar manusia tadi). Alasq (mata-mata atau teman yang bisa membantunya, yang membantu setan maksudnya ya. Coba ya kita lagi ngapain setan tahu ya. Ini)."
Hasutan dan Perkataan Setan
"Wasobalal fik wasibaq waqiawan (kemudian ya musuh itu ya dia jadi tadi menyusun tipu muslihat dan mata-mata yang juga membantu setan tadi). Waqala liwan (kemudian setan itu berkata kepada teman-temannya): "Dunakum aduakum wa adu abikum la yafutannakum (binasakanlah musuh kalian sekaligus musuh ayah kalian, nenek moyang kalian, jangan sampai kalian kehilangan atau jangan sampai kalian itu gagal, kehilangan kesempatan untuk mengalahkannya atau gagal mengalahkannya itu)."
Tujuan Setan: Neraka untuk Manusia
"Wala yakun haddu al jannah waakumunar (dan jangan sampai bagian dari manusia itu adalah surga sedangkan bagian bagi kalian adalah neraka. Ini pesan setan kepada setan ya supaya dia bisa mengalahkan kita). Wanasibur rahmah wanasibukum laknat (bagian dia adalah rahmah dari Allah sedangkan bagian bagi kalian adalah laknat karena memang Allah itu di dalam Al-Qur'an melaknat mereka ya)."
Kehinaan dan Laknat Bagi Setan
"Waqad alimtum anar alaikum minal khizi wal ibadat min rahmatillah (dan kalian tahu bahwa apa yang terjadi antara aku dengan kalian berupa kehinaan dan dijauhkan dari rahmat Allah). Fabisababihi wamin ajlihi (itu sebab dia dan karena dia, maksudnya gara-gara Adam gitu, gara-gara manusia kan awalnya setan itu kan di surga lalu kemudian Allah perintahkan ya kan usjudu liadama fasajadu illa iblis mereka diperintahkan sujud semuanya sujud illa iblis kecuali iblis aba wastakbaro ya enggan kemudian mereka justru enggan melakukan sujud dan takabur padahal sebenarnya yang menjadi masalah ya dia sendiri tapi dia menyerahkan Adam ini gara-gara Adam ini ya)."
Ajakan Setan untuk Menjadi Sekutu dalam Ujian
"Ya adam (kemudian kita disuruh sujud pada Adam ya kemudian setan itu kan mengatakan khalaqtahu min tin wolaqtani min nar ya kan engkau menciptakan dia dari tanah sedangkan engkau menciptakan aku dari api ya bagaimana api disuruh sujud kepada tanah ya nah ini itu Adam ana khairun minhu apa setan ana khairun minhu aku lebih baik daripada dia ini setan nah ini kata dia ini gara-gara dia ini gara-gara Adam ini ya kita jadi kayak begini nih dihinakan dilaknat dijauhkan dirahmat). Wabdulu juhdakum ayyakunu surokana fi hadil baliyah (maka kalian kerahkanlah semua potensi atau tenaga kalian, kemampuan kalian agar kalian menjadi sekutu bagi kami di dalam ujian ini)."
Kehilangan Sekutu di Surga
"Itqatanaikatikum jannah ya (gitu sebab apa kita ini telah kehilangan syarikatu ya keikut sertaan shihihim orang-orang saleh di antara mereka fil jannah di surga karena orang-orang saleh sudah masuk surga jadi nanti kalau kita kehilangan mereka maksudnya kehilangan orang yang punya potensi untuk dijadikan sebagai sekutu tadi itu ya kita kehabisan yang istilahnya enggak ada lagi)."
Pemberitahuan Allah tentang Musuh
"Waq alamana subhanahu bidalika kulli minina ya (dan Allah telah memberitahukan kepada kita tentang itu ya semuanya itu ya tentang musuh kita). Wa amarudu ya wa amar anh lahu ya ahibbatah widu lahu wuid lahu uddatah gitu (kemudian dia perintahkan kepada kita nah lahu ya eh ahibbatah widu lahu wuid lahu uddatah gitu kemudian kita diperintahkan untuk menjadikan ya jadi kita ini diperintahkan ini apa namanya ee disebutkan tadi)."
Bersiap Siaga Menghadapi Musuh
"Jadi karena itu katanya tadi kan berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk menjadikan orang ya lain tadi itu sebagai sekutu kita ya di dalam musibah atau ujian ini ya karena kita akan apa kehilangan kesempatan ya karena orang-orang yang baik tadi itu sudah masuk ke dalam surga nah itu dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ya ee bahwa mereka ini adalah ee musuh-musuh musuh-musuh kita jadi Allah memberitahukan p kita mengenai berbagai macam cara setan tadi itu kemudian waamana dan Allah Subhanahu wa Ta'ala perintahkan pada kita ya jadi memerintahkan pada kita untuk apa ya ahibbata untuk mengambil untuk mempersiapkan diri bersiap-siap jadi bersiap-siap ya untuk menghadapinya widuah dan kemudian kita menyiapkan perbekalan atau perlengkapan untuk menghadapinya."
Pengetahuan Allah tentang Ujian Adam dan Keturunannya
"Walam maim subhan adam wanihiq bulu bial adu (dan ketika Allah Subhanahu tahu bahwa Adam dan keturunannya itu telah diuji dengan musuh ini yaitu setan tadi). Wauq sulit alaihim (dan bahwa ee mereka itu ya jadi Allah itu tahu ya bahwa Adam dan keturunannya itu di apa namanya mendapatkan musibah ya diuji dengan musuh ini ya yaitu musuh yang tadi disebutkan di situ ya musuh yang disebutkan ee annahu qod sulit alaihim jadi di mana ee musuh tadi itu menguasai mereka ya kan)."
Musuh yang Dikuatkan dan Membantu
"Amadahum biasakir di mana ee mereka itu di kuatkan dengan apa asakir wa jun ya (kemudian mereka itu dikuatkan dengan tentara-tentara dan ya jundi juga tentara yalqonahu biha ya jadi mereka itu dikuatkan dengan tentara-tentara ya dan tentaranya tadi ternyata kalau kita kembali kepada penjelasan sebelumnya tadi adalah dosa-dosa kita maksiat-maksiat kita sendiri ya yang apa membantu mereka menghadapi musuh tersebut ya dan manusia tadi di situ disebutkan waatu aidun bijundin waakir yalqum biha kemudian ya dia juga membantu mereka bijuntin dengan tentara wa asakir yalqhum biha yang mereka hadapi dengan tentara-tentara tadi)."
Pertempuran Sepanjang Usia
"Waqama sukol jihad fi hadid dar fi muddatil umr (kemudian pertempuran tadi itu berlangsung ya di negeri ini ya di dalam tenggat waktu atau umur allatiya bil idofah ya yang menjadi umur itu sampai ke akhirat ka nafsin wahid min anfasiha ya itu sebagai satu jadi seolah apa namanya sebagai satu kesatuan ya jadi kita itu kan pertempuran dengan setan itu enggak...*"
Pertempuran Abadi dengan Setan dan Keutamaan Orang Mukmin
Pembukaan:
Mari kita awali dengan membacakan surat Al-Fatihah untuk mualif kitab ini, Al-Alamah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, guru-guru kita semua, dan kita yang hadir di majelis ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan keberkahan ilmu, memberikan manfaat dan taufik kepada kita semua, amin ya rabbal alamin.
Pertempuran yang Tak Berakhir Hingga Akhirat
"Kan pertempuran dengan setan itu enggak pernah selesai sampai nanti ke akhirat I kan ini jadi nah ini yang ee harus kita pahami makanya kemudian ee di situ Allah menyebutkan ya kan $\(wa syaro minal mu'minin anfusahum wa amwalahum bi annalahumul jannah\)$gitu jadi Allah itu telah membeli dari orang-orang mukmin diri mereka harta mereka bialumul jannah yuqatiluna fi sabilillah ini mereka berperang di jalan Allah mereka membunuh atau mereka dibunuh surat At-Taubah ayat 111."
Janji Allah yang Dikuatkan
"Wa 'dan 'alaihi haqqan fit Taurati wal Injili wal Qur'an. Dan itu Allah memberitahukan ya Allah memberitahukan bahwa itu merupakan janji ya merupakan wa'dun muakkadun alaih yang dikuatkan ya baginya fi asyarfi kutubi di dalam kitabnya yang paling mulia yaitu Al-Qur'an juga Taurat wal Injil wal Quran ya di situ disebutkan selain Al-Qur'an tadi Taurat Injil ya itu disebutkan di situ fa man aufa bi'ahdihi minallah. Kemudian Allah juga memberitakan laa yukhliku-llaahu mi'aadah. Ya jadi Allah kemudian juga memberitahukan jadi Allah memberitahukan ya ee apa namanya laa yukhliku-llaahu mi'aadah jadi tidak ada yang bisa menunaikan janjinya tadi ya janji yang dijanjikan dari Allah Subhanahu wa ta'ala fastabsyiruu bibai'ikumul ladzii baaya'tum bihi. Lalu kemudian Allah memerintahkan mereka untuk memberitahukan kabar gembira tentang kesepakatan yang disebutkan tadi wa dzaalika huwal fauzul 'adhiim."
Memahami Nilai Perniagaan dengan Allah
"Allati man arafa qadraha falyandhur ilal musytari man huwa wa ilal mabii'i maa huwa wa ilats tsamani maa huwa wa man ajraa 'alaihi haadzal 'aqd fa ayyu fawzin a'dhomu min haadzaa wa ayyu tijaaratin arba'hu min haadzihi. Jadi siapa yang ingin tahu kadarnya, jadi dia harus melihat siapa yang bisa membeli ya jadi man huwa siapa dia jadi kan ini kan perjanjian antara Allah dengan kita jadi kalau misalnya orang itu sudah dijanjikan oleh Allah bi annalahumul jannah mendapatkan surga dan kemudian di situ terjadi pertarungan ya di jalan Allah fa yaqtuluuna wa yuqtaluun itu kan perjanjian-perjanjian antara kita dengan Allah tadi ya nah lalu kemudian pertanyaannya siapa yang bisa membeli tadi al-musytari man huwa dan harga yang dibayarkan untuk membayar perniagaan ini dan kemudian siapa yang melalui tangannya perjanjian ini apa namanya berlangsung fa ayyu fawzin a'dhomu min haadzaa pertanyaannya mana ada keberhasilan yang lebih agung kemenangan yang lebih agung ketimbang ini wa ayyu tijaaratin arba'hu min haadzihi dan mana di antara perniagaan yang lebih menguntungkan ketimbang perniagaan ini jadi kalau kita perhatikan ya innallaahasytaraa minal mu'miniina anfusahum wa amwaalahum bi annalahumul jannah ya jadi Allah itu telah membeli minal mu'minin dari orang mukmin berarti yang membeli adalah jadi yang di situ disebut musytari tadi ya pembelinya adalah Allah ya kan yang dibeli siapa musytara-nya siapa yang dibelinya adalah mukmin lalu apa yang dibeli yang dibeli adalah ya jiwa dan harta mereka dengan apa tsaman-nya berupa al-jannah makanya kemudian beliau mengatakan "Mana keberhasilan keuntungan yang lebih menguntungkan ketimbang ini enggak ada mana perniagaan yang lebih menguntungkan ketimbang ini enggak ada."
Hakikat Penghambaan Diri Kepada Allah
"Nah ini ya itu makanya di dalam penjelasan yang lain kita sampaikan kemarin Ibnu Athailah As-Sakandari itu menyebutkan jadi manusia itu ibaratnya hamba budak budak itu dibeli untuk apa untuk memberikan khidmah kepada siapa majikannya majikannya siapa Allah nah gitu loh majikannya itu adalah Allah karena itu kalau manusia itu hidup lalu kemudian dia tidak mengabdi kepada Allah itu seperti budak yang dibeli enggak ada gunanya ya kan seperti budak yang dibeli enggak ada gunanya budak itu dibeli bukan untuk makan tidur kalau untuk makan tidur ya dia akan ya ee ngapain dibeli ya kan nah jadi budak itu dibeli adalah untuk melakukan khidmah untuk melayani majikannya untuk ee melaksanakan amal-amal sebagaimana yang dikehendaki oleh majikannya tadi nah itu dan ini merupakan perniagaan yang menguntungkan ya bukan perniagaan yang rugi ya bahkan tadi beliau Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan enggak ada perniagaan yang lain ya melebihi ini."
Ketaatan Sebagai Amunisi Melawan Setan
"Oleh karena itu kita seharusnya dengan gambaran tadi di satu sisi kalau kita itu melakukan dosa dosa kita itu akan dipakai oleh setan menjadi amunisi untuk menguatkan dia mengalahkan kita mestinya kita menggunakan ketaatan kita ketaatan kita menjadi amunisi kita untuk apa mengalahkan setan tadi nah ini ya jadi dalam pembahasan yang lalu kita sudah singgung ya tentang bagaimana orang yang taat itu dia punya benteng karena ketaatan itu menjadi bentengnya $\(man dakhalahu kaana aaminaa\)$jadi kalau orang itu masuk di dalam benteng tadi maka dia pasti akan aman dan benteng itu adalah ketaatan."
Penegasan Allah tentang Perniagaan yang Menguntungkan
"Walam yusallith subhanahu hadzal 'aduwwa 'alaa 'abdil mu'min alladzi huwa ahabbul khalqi ilaihi illa li anna al-jihaada ahabbusy-syai'i ilaihi wa ahluhu arfa'ul khalqi darajaatan wa aqrabuhum ilaihi wasiilatan. Allah Subhanahu wa ta'ala tidak akan ya tidak akan dari Allah itu tidak akan menjadikan musuh itu berkuasa atas hamba-Nya yang mukmin jadi orang mukmin itu yang merupakan hamba Allah ini dia tidak akan di jadi musuhnya itu tidak akan dijadikan menguasai dia alladzi huwa ahabbul khalqi ilaihi di mana orang mukmin itu adalah jenis makhluk yang paling disukai oleh Allah ilaihi ya ahabbul khalqi ilaihi jadi hamba yang paling disukai oleh Allah makhluk yang paling disukai oleh Allah ya jadi Allah tidak akan menjadikan musuh itu ya mengalahkan bisa mengalahkan kita ya itu dinyatakan di dalam kitab ini tadi kemudian di situ disebutkan illa li anna al-jihaada ahabbusy-syai'i ilaihi ya tidak lain ya itu karena jihad itu merupakan sesuatu yang paling disukai oleh-Nya wa ahluhu arfa'ul khalqi darajaatan ya kemudian disebutkan di situ ya dan dia merupakan ahlinya keluarganya Allah arfa'ul khalqi darajaatan di mana dia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah wa aqrabuhum ilaihi wasiilatan dan merupakan ya wasilah paling dekat ya bagi Allah ini.*"
Hati Sebagai Pusat Perlawanan Terhadap Musuh
"Faqada subhanahu liwaa haadzal harbi li khulaashati makhluuqaatihi wa huwa al-qalbul ladzii huwa mahallu ma'rifatihi wa mahabbatihi wa 'ubuudiyyatihi wal ikhlaashi lahu wat-tawakkuli 'alaihi wal-inaabati ilaihi. Maka Allah kemudian menyerahkan bendera ya untuk peperangan ini itu jadi Allah menyerahkan aqada liwaa jadi menyerahkan bendera atau mengikatkan bendera perang ini kepada siapa li khulaashati makhluuqaatihi kepada makhluk-Nya yaitu orang mukmin khulaashah itu inti berarti makhluk-Nya yang paling inti siapa orang mukmin tadi ya orang mukmin ini adalah merupakan makhluk-Nya yang paling inti kemudian wa huwa al-qalbu alladzi huwa mahallu ma'rifatihi ya di situ disebutkan apa makhluk-Nya yang paling inti yang dimaksud oleh Allah pada diri orang mukmin tadi wa huwa al-qalbu yaitu hati alladzi huwa mahallu ma'rifatihi yang merupakan tempat ya makrifat wa mahabbatihi dan tempat mahabbah kasih sayang wa 'ubuudiyyatihi dan tempat ibadah wal ikhlaashi lahu jadi kalau kita mau bicara makrifat kepada Allah mencintai Allah ubudiah kepada Allah ikhlas pada Allah wat-tawakkuli 'alaihi dan tawakal pada Allah ya wal-inaabati ilaihi ya begitu juga apa namanya ee bertobat kepada Allah itu tempatnya adalah Ha hati ya semuanya itu ada di dalam hati makanya hati tadi itu dikatakan sebagai ya disebutkan di situ hati tadi itu diserahi liwaa haadzal harbi li khulaashati makhluuqaatihi ya jadi mana hati tadi itu dianggap sebagai khulaashah makhluuqaatihi jadi ada orang mukmin ini adalah orang atau makhluk yang paling tinggi derajatnya ada orang mukmin ini adalah makhluk yang paling dicintai di antara makhluk-makhluk lain tadi nah di dalam hatinya orang mukmin itu Allah serahkan tadi bendera yang disebut dengan liwaa ya harb tadi itu bendera perang maksudnya apa artinya dengan hatinyalah orang mukmin itu berperang melawan siapa musuh-musuh-Nya Allah nah gitu ya berperang melawan musuh-musuh-Nya Allah Subhanahu wa ta'ala."
Pertolongan Allah Melalui Malaikat bagi Orang Mukmin
"Nah karena itu hati tadi dikatakan sebagai tempat orang mukmin itu makrifat kepada Allah tempat orang mukmin itu untuk mencintai Allah tempat orang mukmin menyembah Allah tempat orang mukmin ikhlas tempat orang mukmin tawakal tempat orang mukmin bertobat tadi ya nah ini $\(fawallaahu ayyada 'abda fii haadzal harbi bi jundin min al-malaa'ikah laa yufaariquunahu\)$itu kemudian Allah menolong hamba-Nya di dalam peperangan ini dengan pasukan dari kalangan malaikat yang tidak pernah meninggalkannya, tidak pernah meninggalkan hatinya. Nah jadi kalau tadi orang maksiat itu hatinya enggak pernah ditinggalkan oleh setan sementara orang yang taat orang mukmin yang taat tadi hatinya tidak pernah ditinggalkan oleh malaikat jadi itu seperti rumah ya rumah itu juga begitu jadi rumah itu kalau enggak pernah dipakai untuk melakukan ketaatan ya pasti dihuni sama setan sama jin ya sama setan tapi kalau rumah itu digunakan untuk melakukan ketaatan ya menghuni adalah mala malaikat dan di situlah kemudian barokah itu nanti turun ya ini ya kalau digambarkan di sini nyambung ya ini jadi ibaratnya hati tadi itu seperti rumah jadi kalau hati itu digunakan maksiat berarti dia menjadi rumahnya setan kalau hati itu digunakan untuk taat berarti dia menjadi rumahnya mala malaikat gitu dan itulah yang nanti akan digunakan untuk berperang ya untuk melawan setan tadi."
Malaikat Sebagai Penjaga dan Pemberi Semangat
"Tsumma ayyadahu bi mu'aqqibaatin min baini yadaihi wa min khalfihi yahfadhuunahu min amrillaah. Jadi ee malaikat tadi kan apa namanya jadi dia menolong jadi Allah tadi menolong dengan pasukan dari kalangan malaikat yang selalu membersamai orang mukmin nah di dalam Al-Qur'an itu surah Ar-Ra'd ayat 11 ya itu disebutkan $\(lahu mu'aqqibaatun min baini yadaihi wa min khalfihi yahfadhuunahu min amrillaah\)$ itu loh ya jadi $\(lahu mu'aqqibaatun min baini yadaihi wa min khalfihi yahfadhuunahu min amrillaah\)$ jadi bagi manusia itu ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya maksudnya apa giliran menjaga dia gitu di muka dan di belakangnya mereka menjaganya atas perintah Allah nah ini menjaga dari apa tadi itu ya musuh-musuh yang akan melawannya nah jadi di sini disebutkan jadi malaikat tadi itu mu'aqqibaatun min baini yadaihi wa min khalfihi ya'taaqibuuna mereka saling menjaga satu dengan yang lain badalan ketika satu jadi ada shif-shif ya ada shaaf-nya jadi kayak apa namanya pasukan penjaga jadi kalau shift-nya sudah selesai ganti jaa'a badalahu yang lain ganti lagi ya giliran shift berikutnya ya ya yutsabbituunahu tugas mereka apa meneguhkan orang tadi makanya tadi di dalam pembahasan sebelumnya ketika sakaratul maut orang yang maksiat itu sampai mengucapkan laa ilaaha illallaah aja susah ya nah sebaliknya orang yang taat ini menjaga yutsabbituunahu ya meneguhkan hatinya wa ya'muruunahu bil khair dan selalu memerintahkan dia kebaikan gitu makanya kan orang yang taat itu kan kalau melakukan kebaikan itu ringan dan selalu ada bisikan-bisikan yang mendorong dia untuk melakukan kebaikan siapa itu?"
Pertolongan Malaikat, Wahyu, Akal, dan Iman dalam Perlawanan Terhadap Setan (Bagian 2)
Bisikan Kebaikan dari Malaikat
"Membisikkan itu tadi malaikat ya kalau kita kembali ke sini tadi $\(lahu mu'aqqibaatun min baini yadaihi wa min khalfihi yahfadhuunahu min amrillaah\)$itu ya nah ini masyaallah yahfadhuunahu min amrillaah jadi malaikat itu menjaga kita karena perintah Allah."
Rahasia Keringanan dalam Ketaatan
"Nah makanya kenapa orang yang biasa melakukan ketaatan itu ringan ya melakukan kebaikan itu di situ rahasianya ya karena malaikat itu selalu memerintahkan dia $\(wa akkadduuhu 'alaihi\)$ malaikat itu yang selalu mendorong mendorong orang mukmin tadi itu yang tadi itu apa melakukan ketaatan gitu $\(wa ayyaduuhu\)$ dan mereka $\(ayyaduuhu\)$ yang menjanjikannya $\(bi karaamatillaah\)$ dengan kemuliaan Allah dan mereka ini yang selalu membuka matanya membuka mata hatinya sehingga kenapa orang mukmin itu dalam pembahasan yang tadi pagi kita bahas itu kan ketaatan itu menjadi cahaya di dalam hati orang mukmin ya sehingga dia punya basi basirah di dalam pembahasan tadi malam kita sudah singgung kan tentang bagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikan Nabi Ibrahim Nabi Ishaq dan Nabi Yakub itu $\(ulil aidi wal abshaar\)$ ya memiliki apa memiliki basirah dan juga memiliki kekuatan dua itu yang menjadikan mereka luar biasa dan para nabi itu diberi oleh Allah itu $\(ulil aidi wal abshaar\)$ diberikan kekuatan untuk mengeksekusi dan juga diberikan kemampuan untuk meli melihat dengan apa dengan menggunakan mata batin mereka basirah mereka nah orang mukmin juga begitu diberi basirah kenapa mereka diberi basirah karena malaikat itu selalu membersamainya dan tidak pernah meninggalkan dia makanya di sini disebutkan $\(wa yubasysyiruunahu\)$ ya $\(yubasysyiruunahu\)$ malaikat itu."
Kesabaran yang Singkat Berbuah Kenikmatan Abadi
"Mana $\(yusabbituunahu\)$ maaf ya bukan jadi $\(yusabbituunahu\)$ ya $\(yusabbituunahu\)$ membuat menjadikan mereka terus sabar sabar istiqamah ya $\(wa yaquuluuna\)$ kemudian mereka mengatakan $\(innamaa ash-shabru saa'ah\)$ mereka mengatakan kalau misalnya mereka sedang diuji atau mereka sedang melakukan ketaatan kan berat itu kata mereka apa $\(ash-shabru saa'ah ash-shabru saa'ah\)$ sabar sabar itu cuma sebentar katanya ya abad dan kamu akan mendapatkan istirahat selama-lamanya kamu akan mendapatkan kenikmatan selama-lamanya enggak apa-apa sekarang sabar capek lelah enggak apa-apa sabar sabar cuma sebentar dan faktanya kan begitu jadi kita sering sampaikan ya kalau seandainya umur kita ini katakanlah misalnya kata Nabi kan $\(a'maaru ummatii baina sittina ilaa sab'iin\)$ ya kan antara 60 sampai 70 kalau umur kita ini 60 ya kita gunakan waktu yang sedikit ya kalau ada yang bekerja setiap hari itu 8 jam berarti waktunya 8 jam dihabiskan untuk bekerja kemudian kalau kita hitung dari 60 tadi sudah 20 tahun kalau 1 hari itu dia tidur 8 jam maka berarti 20 tahun juga untuk tidur sisa 20 tahun 20 tahun dikurangi akil baliknya 15 tahun tinggal 5 tahun kan sedikit sekali waktunya artinya apa sebenarnya waktu kita itu pendek hidup ini ya jadi kalau seandainya kita bersabar katakanlah sejak 15 tahun setelah kita balig kemudian kita bersabar tadi itu sampai akhir hayat kita itu waktu yang pendek makanya kata kata malaikat tadi itu mereka mengatakan $\(innamaa ash-shabru saa'ah\)$ itu hanya sabar yang sebentar saja enggak lama kok kamu sabar itu ya kemudian $\(wa qad istarahta\)$ nanti kamu itu akan mendapatkan ya kenikmatan $\(raahah\)$ gitu kepuasan ya $\(raahatal abad\)$ untuk kepuasan selama-lamanya ya nah ini subhanallah $\(tsumma ayyadahu subhaanahu bi jundin aakhar min wahyihi wa kalaamihi fa arsala ilaihi rusulahu wa anzala ilaihi kitaabahu fa zdaada quwwatan ilaa quwwatihi wa madadann ilaa madadihi wa 'uddatann ilaa 'udadadihi\)$ kemudian Allah subhanahu wa ta'ala menguatkan manusia orang mukmin tadi itu $\(bi jundin aakhar\)$ yaitu dengan tentara lain siapa tentaranya yaitu $\(min wahyihi wa kalaamihi\)$ yaitu berupa wahyu dan kalam-Nya itu juga tentara-Nya Allah $\(fa arsala ilaihi rusulahu\)$ kemudian Allah mengutus-Nya ya Allah mengutus utusan-Nya gitu jadi Allah mengutus utusan-Nya gitu jadi Allah mengutus utusan-Nya kepada-Nya $\(wa anzala ilaihi kitaabahu\)$ dan kemudian Allah menurunkan kitab-Nya kepada-Nya $\(fa zdaada quwwatan ilaa quwwatihi\)$ jadi kitab Allah wahyu itu merupakan tentara-Nya Allah yang dikirim oleh Allah kepada kita untuk menguatkan kita makanya setan itu jadi kalau kita membaca Al-Qur'an kemudian kita memahami maknanya Al-Qur'an kita hujamkan Al-Qur'an setan akan susah untuk menembus kenapa karena kita punya tentara yang kita pakai untuk membentengi hati kita tadi ya ya ini kemudian akhirnya apa $\(fa zdaada quwwatan ilaa quwwatihi\)$ jadi yang hati yang sudah kuat karena ditolong oleh malaikat tadi itu semakin kuat dengan apa pertolongan Allah melalui Al-Qur'an tadi $\(wa madadann ilaa madadihi\)$ kemudian ya $\(wa madadann ilaa madadihi\)$ itu semakin menguatkan ya menambah kekuatan dari kekuatan-kekuatan dia $\(wa 'uddatann ilaa 'udadadihi\)$ udda itu kaitannya dengan logistik jadi ibaratnya dia sudah punya logistik maka ditambah lagi logistiknya tadi itu ya nah ini nah jadi itulah gambaran ya terkait dengan ee apa yang kemudian kita akan dapatkan ini."
Akal, Makrifat, Iman, dan Keyakinan Sebagai Kekuatan Tambahan
"Kemudian $\(wa ayyadahu maalikan bi al-'aqli wa waziiran lahu wa mudabbiran wa bil ma'rifati musyiiratan 'alaihi wa naashihatan lahu wa bil iimaani mutsabbitan lahu wa muayyidan wa naashiran wa bil yaqiini kaasyifan lahu 'an haqaa'iqil amri\)$ selain itu Allah juga kuatkan kita maalikan selain itu bil 'aqli dengan akal coba wahyu menguatkan kita jadi wahyu menguatkan kita ya kemudian ee berikutnya akal menguatkan kita ya akal menguatkan kita jadi Allah memberikan kita tambahan kekuatan dengan apa akal $\(wa waziiran lahu\)$ akalnya itu menjadi $\(waziiran lahu wa mudabbiran\)$ jadi akalnya tadi digunakan oleh Allah untuk menguatkan kita ya sebagai wazir dan mudabbir mudabbir itu yang mengatur ya ini jadi wazir ini bisa juga menjadi ya wazir wazir dalam konteks ini bisa menjadi apa namanya bisa membantu ya membantu kita dan juga mengatur $\(wa bil ma'rifati\)$ dan kemudian dengan makrifat pengetahuan jadi selain dengan akal dengan pengetahuan karena akal itu digunakan untuk mendapatkan pengetahuan ya $\(musyiiratan 'alaihi\)$ di mana pengetahuan tadi itu akan bisa mengisyaratkan memberikan petunjuk kemudian $\(wa naashihatan lahu\)$ dan memberikan nasihat kepada kita $\(wa bil iimaani\)$ yang ketiga ditambah dengan iman $\(mutsabbitan lahu\)$ di mana iman itu meneguhkan ya meneguhkan kita $\(wa muayyidan wa naashiran\)$ yang menolong wairan muayyid dan nasiran sama $\(wa bil yaqiini\)$ dengan keyakinan nah ketika kita ditolong oleh Allah dengan keyakinan keyakinan itu $\(kaasyifan lahu\)$ keyakinan ini yang bisa menyibak ya bisa membukakan apa yang tidak tampak $\(an haqaa'iqil amri\)$ tentang hakikat perkara makanya kan Allah itu mengatakan ya kepada kita dalam surat Fathir ya $\(yaa ayyuhaannaasu innna wa'dallaahi haqqun\)$ ya wahai manusia sesungguhnya janji Allah itu pasti janji Allah itu kan enggak kelihatan yang bisa melihat janji itu apa iman kalau orang itu iman kepada janji Allah yang enggak kelihatan itu bisa kelihatan jadi makanya iman dikatakan sebagai kasyif gitu iman itu sebagai kasyif jadi kalau ada orang yang bisa kasyaf ya bisa membuka sesuatu yang tidak tampak itu karena imannya sebenarnya ya karena imannya makanya orang yang punya iman yang luar biasa itu kasyif dia dia bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat gitu ya dia bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat itu karena imannya makanya iman tadi itu sebagai ka sebagai kasyif gitu $\(an haqaa'iqil amri\)$ tentang hakikat sesuatu."
Kekuatan Iman yang Melampaui Kecerdasan Semata
"Makanya ada hal yang menarik di dalam kitab tafsir itu ya Al-Alamah Syekh Taqiyuddin Al-Hilali rahimahullah ya itu beliau menceritakan begini kenapa sekarang itu banyak orang yang hafal Quran hafal hadis bahkan hafalan mereka itu melebihi Imam Malik di zaman dulu melebihi Imam Bukhari di zaman dulu ya artinya mereka punya kecerdasan yang sama bahkan mungkin lebih tapi pertanyaannya kenapa mereka tidak seperti Imam Malik dan Imam Bukhari di masa itu ini pertanyaannya ya apa yang menyebabkan Al-Qur'an atau hadis-hadis atau apa yang mereka hafal tadi itu tidak punya pengaruh sebagaimana yang didapatkan oleh Imam Malik Imam Bukhari dan sebagainya di masa lalu ini pertanyaannya kemudian beliau memberikan jawaban jawabannya apa yang membedakan adalah Imam Malik ya Imam Bukhari atau imam-imam di masa termasuk Imam Syafi'i ya dan lain-lain tadi itu mereka bukan hanya hafal bukan hanya memahami tetapi mereka itu mendapatkan apa yang disebut oleh beliau itu sebagai $\(waaqi'ul afkaar\)$ fakta pemikiran yang ada di dalam nas tadi itu itu beliau bisa dapatkan ya karena fakta pemikiran yang ada dalam nas itu beliau dapatkan maka ketika beliau membaca nas tadi nas itu punya pengaruh yang dahsyat ya tidak seperti orang hari ini ketika membaca Al-Qur'an ketika menghafal Al-Qur'an ketika memahami Al-Qur'an ngerti maknanya karena ada terjemahannya tetapi fakta pemikiran yang dimaksud oleh nas tadi itu tidak bisa ditangkap sebagaimana yang ditangkap oleh Imam Syafi'i atau oleh Imam Malik atau oleh ulama-ulama di masa lalu itu yang menyebabkan kenapa pengaruhnya tadi berbeda itu yang menyebabkan kenapa pengaruhnya berbeda nah ini coba bayangkan ya sebelumnya kita sudah ceritakan bagaimana kisah Abdullah Ibnu Rawahah ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membacakan ayat $\(wa in minkum illaa waariduhaa kaana 'alaa rabbika hatman maqdhiaa\)$ ketika mendengarkan ayat ini $\(wa in minkum illaa waariduhaa\)$ dia langsung menangis dan begitu sampai di rumah menangis sejadi-jadinya dia tutup pintunya pintu kamarnya dia menangis sej-jadinya jadi pertanyaannya kemudian apa yang menyebabkan Abdullah Ibnu Rawahah itu menangis seperti itu ya apakah dia orang cengeng tidak ya Abdullah Ibnu Rawahah ini panglima yang diutus oleh Nabi pada saat perang Mu'tah ya yang mengomando pasukan kaum muslimin dengan gagah berani mengatakan $\(ikhtaruu yaa ahadal husnayaini\)$ katanya pilih satu di antara dua kebaikan itu Abdullah ibn Rawahah ya tapi panglima yang gagah perkasa seperti ini ketika dihadapkan pada ayat Al-Qur'an $\(wa in minkum illaa waariduhaa kaana 'alaa rabbika hatman maqdhiaa\)$ dia menangis kenapa karena dia bisa menangkap makna $\(wa in minkum illaa waariduhaa\)$ tadi dan apa yang beliau bayangkan Beliau bayangkan itu bahwa beliau itu termasuk orang yang menjadi bahan bakar neraka tadi itu namanya $\(waaqi'ul afkaar\)$ fakta pemikiran yang berhasil ditangkap ketika fakta pemikiran itu berhasil ditangkap orang ketika orang itu membaca atau mendengarkan nas maka itu akan terhujam di dalam hatinya dan itu yang punya pengaruh ya yang begitu luar biasa coba bayangkan bagaimana kemarin kita sudah cerita bagaimana kisah Sultan Ulama Sayid Zainuddin Abdus Salam ketika mengeluarkan fatwa terhadap siapa Mamluki ya penguasa Mamluk di mana penguasa Mamluk itu diangkat menjadi penguasa yang asalnya adalah Buddha jelas tidak sah karena tidak ada bukti bahwa mereka sudah dimerdekakan sebelumnya tapi beliau sebagai ulama harus mengeluarkan fatwa itu meskipun pahit dan fatwa itu mengancam kekuasaan Mamluk dinasti Mamluk apa yang terjadi kemudian beliau dikepung rumahnya tetapi karena beliau menghadirkan jadi makna eksistensi wujud Allah tadi dihadirkan dengan begitu kuat maka habahnya itu muncul karamahnya beliau muncul sehingga begitu ketika beliau membuka pintu bukan beliau yang ketakutan justru pasukan-pasukan Mamluk yang mengepung rumahnya tadi itu yang kemudian akhirnya."
Pertolongan Malaikat, Wahyu, Akal, dan Iman dalam Perlawanan Terhadap Setan (Bagian 3 - Terakhir)
Kekuatan Iman yang Menaklukkan Musuh dan Menginspirasi Ulama
"Apa pedang-pedang yang mereka hunus itu semuanya rontok ini pengaruh yang dimiliki ya oleh siapa sultan ulama kenapa karena tadi beliau telah berhasil menghadirkan $\(waaqi'ul afkaar\)$ ya dari iman yang diimani tentang adanya Allah tentang kebesaran Allah dan sebagainya tadi dihadirkan begitu luar biasa suatu ketika beliau diingatkan oleh muridnya karena beliau mengeluarkan apa namanya satu katakanlah misalnya penjelasan yang penjelasan itu kemudian beliau revisi karena salah lalu beliau diingatkan 'Ya apakah Anda tidak merasa risi atau malu ya karena kan Anda ini ulama besar macam-macamlah gitu.' Beliau keliling di mana-mana ya dan beliau mengatakan tidak ya karena apa beliau menyampaikan ya apa yang harus beliau sampaikan dan mengoreksi apa yang tidak tepat karena pertanggungjawabannya daripada Allah itu lebih ketika beliau ditanya 'Apakah beliau tidak takut dengan penguasa?' Kata beliau 'Penguasa itu ketika aku sudah diadikan kebesaran Allah maka penguasa itu di mataku seperti seekor kucing.' Ini namanya wakil afkar yang berhasil dihadirkan sehingga ulama itu punya hebah punya pengaruh yang begitu luar biasa nah ketika apa namanya makrifat seperti ini tadi dimiliki kemudian keimanan seperti tadi maka orang itu luar biasa ya dia bisa menyibak sesuatu yang orang lain enggak bisa enggak bisa lihat ya orang lain tidak bisa lihat dia bisa lihat itu namanya kasyifan ya ditolong oleh Allah dikuatkan oleh Allah dengan keyakinan yang keyakinan itu menjadi kasyifan lahu anil anqiqatil amri."
Kisah Badui dan Kekuatan Iman pada Rezeki
"Ada kisah lain ya misalnya seperti kisah Asma'i dengan seorang badui ya itu terkait dengan rezeki ini kaitannya dengan keimanan pada rezeki termasuk pemahaman tentang rezeki bayangan tentang rezeki nah itu juga penting ya ketika orang itu ketemu dengan Asma'i ditanya 'Man anta?' 'Ana Asma'i dia kan?' Dia tanya Asma'i yang ahlul lugha itu iya kata dia kemudian orang itu mengatakan 'Min aina anta ya Asma'i' dari mana anda semmai 'Min baitirrahmaan yutlaa fiihi aayaaturrahmaan' dari rumahnya Allah di mana di situ dibacakan ayat-ayat Allah subhanahu wa ta'ala idan akrini ya Asma'i ya aayaaturrahmaan ya allatii tutlaa fii ya ee buyuutir rahmaan ya jadi coba kamu bacakan ayat bacakan surat Adz-Dzariyat mulai dari awal sampai ketika sampai di ayat 22 atau 23 di situ Allah menyebutkan $\(wa fis-samaa-i rizqukum wa maa tuu'aduun\)$ $\(wa fis-samaa-i rizqukum wa maa tuu'aduun\)$ sampai di situ ketika sampai ayat itu berhentilah Asma'i berhenti $\(wa fis-samaa-i rizqukum wa maa tuu'aduun\)$ rupanya orang Badui ini memahami kalimat $\(wa fis-samaa-i\)$ dan di langit itu ya $\(wa fis-samaa-i rizqukum\)$ ada rezeki kamu $\(wa maa tuu'aduun\)$ dan apa yang dijanjikan pada kamu subhanallah orang badui ini memahami artinya menangkap ini kan iman ya iman tentang rezeki beliau itu memegang harta yang ada di tangannya itu dibelanjakan seketika itu setelah membaca ayat tadi mendengarkan ayat tadi dibelanjakan harta itu habis lalu Asma'i bertanya 'Ya apa yang kamu lakukan kenapa hartamu kamu habiskan?' Kata dia 'Rezekiku bukan di sini bukan ini rezekiku.' $\(Wa fis-samaa-i rizqukum\)$ rezekimu ada di langit subhanallah jadi orang itu memahami ayat tadi begitu rupa sehingga dia tidak takut kehilangan rezeki yang ada dalam genggaman dia kemudian dia belanjakan semuanya tadi ini iman keyakinan ya sehingga keyakinan tadi itu dikatakan sebagai kasyifan li kasyifan ya dia bisa menyibak $\(an haqaa'iqil amri\)$ sampai kemudian orang ini suatu ketika bertemu lagi dengan Asma'i ketika itu Asma'i diajak haji oleh Harun Ar-Rasyid karena Harun Ar-Rasyid itu ya khalifah di zaman itu ya dan beliau selalu ngajak ulama-ulama ketika melaksanakan ibadah haji beliau selalu haji ya 1 tahun ini haji tahun berikutnya jihad begitu itu Harun Ar-Rasyid itu ceritakan oleh Imam Mas'udi dalam kitab Tarikhul Khulafa nah pada tahun itu beliau haji ketemu sama orang tadi ketika tawaf kemudian lah anda Asma'i kata nam ya kemudian kata Asma'i apakah Anda orang yang dulu pernah ketemu saya ya nam ya kemudian kata orang itu kalau begitu kamu lanjutkan bacaanmu dulu itu ya maksudnya ketika disuruh membaca surah Adz-Dzariyat tadi kan sampai ke ayat $\(wa fis-samaa-i rizqukum wa maa tuu'aduun\)$ kata orang itu kamu lanjutkan begitu dilanjutkan ayat berikutnya berbunyi $\(fa warabbis-samaa-i wal ardhi innahuu lahaqqun mitsla maa annakum tanthiquun\)$ demi Tuhan langit dan bumi $\(innahuu lahaqqun\)$ sesungguhnya sesungguhnya ya rezeki yang ada di langit dan apa dijanjikan tadi itu pasti $\(mitsla maa annakum tanthiquun\)$ seperti kamu bicara dengan ma kamu ketika orang badui itu mendengarkan ayat tadi dia mengatakan $\(maa ballaghahu aqsama bi haadzal qasam\)$ apa gerangan Allah yang membuat Allah sampai bersumpah dengan sumpah seperti ini coba bayangkan $\(fa warabbis-samaa-i\)$ nah di situ ada wawu wau qasam ya wawa qasam disambung dengan rabbi di mana Allah bersumpah dengan diri-Nya kemudian diidofahkan kepada langit ya $\(fa warabbis-samaa-i wal ardhi\)$ dan diatfkan dengan kata semakin banyak itu kan berarti semakin kuat sumpahnya makanya orang padu tadi mengatakan $\(maa ballaghahu aqsama bi haadzal qasam\)$ apa gerangannya menyebabkan Allah sumpah dengan sumpah seperti ini katanya lalu kemudian apa orang itu akhirnya pingsan kenapa dia pingsan karena dia merasa ayat sebelumnya itu dia sudah tunaikan $\(wa fis-samaa-i rizqukum wa maa tuu'aduun\)$ apa yang dia miliki sebelumnya sudah kuras semua sudah dikeluarkan semua karena dia yakin bahwa rezeki itu ada di langit di tangan Allah ya bukan di tangan dia dan menurut dia apa yang dia lakukan tadi sudah semua tapi kenapa Allah masih bersumpah dengan sumpah seperti itu seolah-olah Allah itu dan seolah-olah ayat ini diturunkan kepada orang tadi dan seolah-olah Allah itu belum menerima apa yang dia lakukan jadi orang itu seperti terpukul ketika dibacakan hati dan apa yang terjadi langsung pingsan dan meninggal subhanallah orang itu langsung pingsan dan meninggal masyaallah ya jadi ini contoh bagaimana orang tadi itu menghadirkan makna pemikiran itu begitu luar biasa sampai Asma'i itu terheran-heran Asma'i sendiri yang ahli basa itu tidak sampai seperti itu tapi orang tadi dengan hatinya yang jernih ya karena orang badui orang pedalaman tadi dengan hati yang bersih tadi itu bisa menghadirkan makna seperti itu subhanallah ya jadi inilah gambaran jadi pengaruh Al-Qur'an itu bisa berbeda ya tergantung kepada kita masing-masing di dalam menghadirkan makna pemikiran tadi ke dalam diri kita makanya ketika kita memiliki keyakinan keyakinan itu menjadi kasyif bisa menyibat apa yang tidak kelihatan ya bisa menyibat apa yang tidak kelihatan kita itu melangkah karena keyakinan ya karena keyakinan maka kita melangkah gitu yang orang lain mengatakan kamu ini gila kamu ini tapi kita yakin karena yakin kemudian kita lalui perjalanan yang sulit yang berat tadi itu nah itu namanya bahwa keyakinan tadi itu kasyifan lahu ya bisa menyibak untuk orang tadi itu $\(an haqaa'iqil amri\)$ tentang hakikat sesuatu."
Kekuatan Batin dan Pertolongan Ilahi bagi Orang yang Taat
"Hatta wa'allahu auliah sehingga seolah-olah dia itu bisa melihat dengan matanya apa yang Allah janjikan $\(yayinan\)$ jadi dia seolah-olah bisa melihat dengan matanya seolah-olah apa yang dijanjikan tadi itu seperti kelihatan makanya Allah mengatakan 'Ya ayyuhannas inna wa'dallahi haqqun falaa taghurrannakumul hayaatud dunyaa.' Ini ini dalam surat Fathir wahai manusia inna wa'dallah sesungguhnya janjinya Allah itu pasti maka kamu jangan tertipu dengan kehidupan dunia ya kan dunia itu kan sering menipu makanya kemarin kita sudah bahas kan tentang selain Allah itu kalau orang itu tertipu dengan kehidupan dunia maka dia akan menderita ya dunia yang dikejar itu akan membuat dia menderita penderitaan pertama ketika dia ingin mendapatkannya itu sudah sakit sudah capek sudah lelah penderitaan kedua ketika dia harus menjaga sibuk menjaga apa yang dia dapatkan tadi itu menderita capek lelah penderitaan yang ketiga ketika sesuatu yang dia jaga tadi hilang ditambah ketika nanti di alam barzah kata Ibnu Qayyim ya ketika di alam barzah dia sudah kehilangan kenikmatan yang seharusnya dia dapatkan pada saat dia masih hidup yaitu ridanya Allah Subhanahu wa ta'ala dia pengin kembali dia pengin mencarinya ingin mendapatkannya dia enggak bisa kenapa karena enggak bisa kembali nah ini kesempatan sudah berakhir sudah selesai dia enggak bisa lagi nah ini ya jadi $\(hatta wa'allahu auliah\)$ sehingga seolah-olah dia bisa melihat dengan mata kepalanya apa yang Allah janjikan pada para kekasihnya $\(wa ahbaabahuu wa jundahuu 'alaa jihaadihii\)$ dan tentaranya Allah ala jihadihi ya dalam peperangan menghadapi musuh-musuhnya."
Akal, Pengetahuan, Iman, dan Keyakinan Sebagai Senjata
"Yudabiru amroisihi akal itu yang kemudian mengatur mengurus urusan tentaranya tadi wal makrifah kemudian pengetahuan tardahu umur harb ya sedangkan pengetahuan tadi pengetahuan tadi itu yang kemudian apa meletakkan urusan-urusan peperangan wa asbabaha dan sebab-sebab peperangan ya termasuk strateginya macam-macam fii mawaadi'ihaa di dalam posisinya allaqah yang layak dia dengannya wal imanu kemudian iman yusabbitu menokohkannya wuqawwiihi dan menguatkannya wa yushabbiruhu dan ya membuatnya dia sabar wal yaqiinu yuqdimu bihi sementara keyakinan itu yuqdimu bihi yang dengannya yuqdimu orang itu bisa melangkah dengan mantap wahmilu bil hamalaatis shidqah kemudian dengannya dia bisa memikul beban-beban as-shidqah ya yang benar tadi itu subhanallah jadi ini nikmatnya orang taat kepada Allah ya nikmatnya orang iman yang imannya itu benar tadi itu $\(tsumma ayyadahu subhaanahuu wa ta'aalaa alqaa-ima bil harbi bil quwwatil baathinah\)$ kemudian Allah subhanahu wa ta'ala menyokong menguatkan ya bihadal harb dengan peperangan ini ya dalam alqaimah biadal harb orang yang menjalankan peperangan ini yaitu orang mukmin maksudnya bilquahir wal batin ada dengan kekuatan zahir dan batin ya jadi makanya maat ini kan kita latih kan para santri itu supaya punya kekuatan zahir dan batin ya kekuatan zahirnya ya secara fisik tadi itu kita biasakan mereka jawarihnya anggota tubuhnya itu untuk melakukan ketaatan itu supaya dia apa namanya punya kekuatan batinnya dengan zikir dengan makrifat dengan apa namanya taskif yang terus diberikan itu untuk menguatkan tadi zahiran wa batinan tadi."
Karunia Allah bagi Orang yang Berjuang di Jalan-Nya
"*Fajal 'ainahu tholii'atann qudaamal khabari tsumma udzunahuu waalisana turjumaanann wal yadaini warijlaini awaanaan wa aqaaama malaaikatahuu wa hamalat 'arsyihii yastaghfiruuna lahuu wa yas'aluuna lahuu tatsbiitaa)$ maka Allah menjadikan matanya itu menjadi tholiat yang apa namanya di depan ud khabari Kemudian telinganya menjadi apa yang selalu mendengarkan beritanya wallisana turjumana kemudian lisan itu menjadi apa istilahnya itu penerjemahnya lisan itu menjadi artikulatornya yang menterjemahkan keinginannya wal yadaini warijlaini awaanaan kemudian kedua tangan dan kedua kakinya menjadi penguatnya $\(wa aqaaama malaaikatahuu wa hamalat 'arsyihii yastaghfiruuna lahuu\)$ kemudian Allah menjadikan malaikat-Nya wa amalat arasihi dan para pemikul aras-Nya semuanya memohonkan ampunan untuk orang tadi kemudian mereka memintakan untuknya $\(tatsbiitaa\)$ untuk membentengi coba dibentengi itu siapa yang dibentengi orang mukmin tadi dibentengi dengan apa dibentengi dari apa $\(as-sayyiaat\)$ dari keburukan $\(wa adkhalahuul jannah\)$ dan kemudian memasukkannya ke dalam surga ini subhanallah ya jadi ini kekuatan orang mukmin kuncinya taat ya kuncinya taat tadi jadi kalau kita itu taat ya itu nanti awalnya mungkin berat tapi lama-lama gelinding gelinding gelinding gelinding enteng enteng enteng g ringan itu karena tadi malaikat kemudian ya membantu ya kan malaikat yang kemudian membisikkan pada kita ya makanya eh al-faqir pernah sampaikan kan ketika Allah mengatakan dalam Al-Qur'an $\(innalladziina qaaluu rabbunaallaahu tsummas taqaamuu tatanazzalu 'alaihimul malaaikah\)$ sebagian mufasir itu mengartikan tatanazal alaih malaikah itu nanti malaikat turun pada saat di alam barzakh pada saat kita dikubur tapi kalau kita membaca penjelasan tadi tidak malaikat tidak hanya turun pada saat di alam barzakh tapi malaikat itu justru diturunkan untuk menolong kita pada saat kita di dunia itu ketika kita sudah menyatakan $\(innalladziina qaaluu rabbunaallaahu tsummas taqaamuu\)$ kemudian kita istiqamah istikamah di dalam ketaatan maka apa yang terjadi $\(tatanazzalu 'alaihimul malaaikah\)$ malaikat akan diturunkan untuk membantu dan ketika kita dibantu oleh malaikat terasa ringan pekerjaan kita ya terasa ringan jadi karena itu kalau kita menghadapi kesulitan ya hati kita itu harus kita bersihkan bersandar hanya kepada Allah nanti Allah akan turunkan pertolongan ya kadang-kadang kita."
Pertolongan Malaikat, Wahyu, Akal, dan Iman dalam Perlawanan Terhadap Setan (Bagian 4 - Terakhir)
Sandaran Hati Hanya Kepada Allah
"Mengharapkan manusia kecewa ya kalau kita bersandar kepada selain Allah kita kecewa itu makanya syiar yang digaungkan oleh saudara-saudara kita di Suriah waktu menghadapi Basar Asad itu termasuk sekarang syiar-sar ya maksudnya slogan yang digaungkan oleh saudara-saudara kita di Gaza mereka enggak enggak bisa minta tolong pada siapa maka mereka mengatakan apa $\(ma'anaa illaallah ma'anaa illaallah\)$ ya $\(ma'anaa illaallah\)$ kita tidak punya siapa-siapa kecuali Allah $\(ma'anaa Allah ma'anaa Allah\)$ nah itu jadi ketika hati kita bersandar kepada Allah kita tidak akan kecewa ya sebaliknya kalau kita bersandar kepada selain Allah pasti kita kecewa karena selain Allah itu punya keterbatasan punya keterbatasan sementara Allah zat yang maha tidak terbatas zat yang maha segala-galanya gitu nah jadi di sini makanya makanya kita itu juga begitu hati kita itu harus selalu kita tanamkan kita itu siap kehilangan apapun dan kehilangan siapapun tapi jangan pernah kehilangan Allah ya mungkin suatu ketika kita kehilangan istri suatu ketika kita kehilangan anak suatu ketika kita kehilangan teman suatu ketika kita kehilangan pekerjaan enggak apa-apa tapi yang penting jangan kehilangan Allah karena semua itu bisa hilang dari diri kita bisa meninggalkan kita tapi kita tidak boleh kehilangan Allah Subhanahu wa taala itu penting ya ketika kita punya Allah di dalam hati kita kita betul-betul hujamkan tadi insyaallah kita akan bisa bangkit lagi ya ini nah ini pelajaran yang luar biasa ya pelajaran yang luar biasa yang harus kita apa namanya betul-betul latih ya betul-betul latih ini di dalam ee diri kita tadi kemudian $\(watawallaahu subhaanahuu ad-difa'a 'anhum binafsihii\)$ ya kemudian Allah yang mengurusu jadi Allah yang mengurus untuk apa membela dan mempertahankan kita orang mukmin tadi $\(wa qaala haa-ulaa-i hizbii\)$ kemudian Allah itu mengatakan mereka itu adalah tentaraku pasukanku dengan apa mengatakan $\(hizbullaahi humul muflihuun\)$ artinya Allah itu jadi hizb tadi kemudian diidofahkan kepada Allah dinisbatkan pada Allah berarti apa ini adalah pasukanku ini adalah tentaraku ini adalah kelompokku gitu loh ya $\(hizbullaahi humul muflihuun\)$ maka ya pasukan Allah tadi itulah mereka yang beruntung surat Al-Mujadalah ayat 23 wa haul jundi dan mereka itu adalah tentaraku kata Allah $\(wa innaa jundanaa lahumul ghaalibuun\)$ dan sesungguhnya jundana ya jundana itu siapa jundana tadi ya orang-orang mukmin tadi orang-orang mukmin tadi ya yang hatinya sudah dipenuhi dengan ketaatan tadi itu itulah tentara-tentaranya Allah $\(wa innaa jundanaa lahumul ghaalibuun\)$ maka tentaranya enggak mungkin kalah enggak mungkin kalah ya jadi meskipun mereka hari ini dikhianati oleh orang-orang munafik pada akhirnya nanti ya $\(wa saya'lamulladziina dhalamuu ayya munqalabin yanqalibuun\)$ kata Allah nanti di ujungnya itu orang zalim itu akan tahu ya $\(wa saya'lamulladziina dhalamuu\)$ orang-orang yang zalim itu akan tahu $\(ayya munqalabin yanqalibuun\)$ ke mana mereka itu akan berakhir nanti itu nah di situlah nanti endingnya itu ya orang-orang mukmin itu nanti akan dimenangkan oleh Allah subhanahu wa taala kita tutup dengan baca doa kafaratul majelis $\(subhaanaka allaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik\)$ assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."