Mencintai Diri Sendiri
Self love adalah mencintai diri sendiri. Bagaimana cara yang dibenarkan oleh Islam untuk mencintai diri sendiri? Coba kita perhatikan firman Allah Swt.,
“Pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS An-Nur: 24).
Ulama mengatakan, “Setiap anggota tubuh akan bersaksi atas amalan yang ia perbuat. Zat yang membuat segalanya dapat berbicara menjadikannya bisa berbicara sehingga ia tidak mungkin bisa menolaknya. Sungguh telah berbuat adil Zat yang mengangkat para saksi dari diri-diri mereka sendiri.” (Taisirul Karimir Rahman, hlm. 658).
Berikut ini kisah Salman Al-Farisi ketika memberi nasihat kepada Abu Darda’ ra., “Sungguh Rabb-mu memiliki hak, tubuhmu memiliki hak, dan keluargamu juga memiliki hak pada dirimu. Maka berikanlah hak tersebut kepada setiap pemiliknya.”
Ketika Abu Darda’ mendatangi Nabi saw. lalu menceritakan hal tersebut, Nabi pun bersabda, “Salman benar.” (HR Bukhari).
Jika tubuh kita bisa berbicara, mungkin mereka menyampaikan kecemburuannya kepada tuannya yang begitu kecanduan memperhatikan gawai dibandingkan tubuhnya sendiri. Bisa jadi mata akan mengeluh karena terus diminta terjaga tanpa kenal istirahat. Lambung pun mungkin merintih sebab kebiasaan makan tuannya yang sesuka hati. Astagfirullah.
Tubuh kita mungkin akan menjadi pengingat pertama saat tuannya lupa bahwa Allah Swt. Maha Mengetahui setiap gerak-geriknya. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Adapun dampak maksiat dalam melemahkan badan karena sungguh orang yang beriman sumber kekuatannya dari hati. Tatkala hatinya kuat, begitu juga badannya.” (Al-Jawabul Kafi, hlm. 50).
Salah satu penyebab lemah dan rusaknya hati ialah maksiat. Nabi saw. bersabda,
إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim).
Cara Mencintai Diri Sendiri
Mencintai diri sendiri berarti tidak menzalimi diri. Allah Swt. berfirman,
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.” (QS Fatir: 32).
Berbuat maksiat merupakan kezaliman kepada diri sendiri karena pelakunya justru menjerumuskan diri ke dalam kesengsaraan daripada taat kepada Allah. Ketahuilah, manusia setiap hari membuat dosa dan kesalahan yang jika terus menumpuk akan merusak jiwanya.
Nabi saw. memberitahukan kita cara mencintai diri, yakni dengan menjauhi kemaksiatan dan memperbaiki diri.
أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمُ
“Maukah kalian aku beritahukan amalan yang dengannya akan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyempurnakan wudu pada saat sulit, banyak melangkah menuju masjid, dan menunggu salat setelah salat. Itulah ribath (perjuangan).” (HR Muslim).
Selain itu, mencintai diri sendiri bisa dilakukan dengan mengkaji Islam, melakukan berbagai ketaatan yang diperintahkan Allah, dan mendakwahkan pemikiran Islam. Itu semua perkara yang dicintai Allah Taala, sebab fitrahnya setiap muslim pasti menyukai kebaikan dan selalu ingin melakukan kebaikan.
Tentu, kita tidak mengharapkan diri kita terjerumus pada kemaksiatan yang akan menghantarkan kepada murka-Nya dan neraka. Jadi jika engkau mencintai dirimu, ajaklah ia untuk senantiasa dalam ketaatan kepada-Nya, sibukkan diri dalam urusan agama-Nya, dan jauhkan ia dari segala bentuk kemaksiatan. Wallahu musta’an. [MNews/YG]