Menyikapi Kelapangan Dunia: Pembelajaran dari Para Sahabat Rasulullah SA


Kajian kitab Hayatus Sahabah kali ini membahas tentang bagaimana para sahabat Rasulullah SAW menghadapi kelapangan dunia yang Allah SWT berikan kepada mereka.

Hadis Auf bin Malik RA tentang Kelapangan Dunia

Dalam hadis riwayat At-Tabrani dari Auf bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda di tengah-tengah para sahabatnya:

"Apakah kemiskinan yang kalian takutkan ataukah dunia membuat kalian sedih? Sesungguhnya Allah pasti akan menaklukkan Persia dan Romawi untuk kalian. Dan dunia itu nanti akan diguyurkan kepada kalian."

Rasulullah SAW menyampaikan kabar ini sebelum Persia dan Romawi ditaklukkan. Penaklukan Persia terjadi setelah Rasulullah SAW wafat, di masa Abu Bakar dan dilanjutkan Umar bin Khattab RA. Sementara itu, tanda-tanda kemenangan atas Romawi sudah terlihat pada perang Tabuk di masa Nabi SAW.

Ketika Perang Khandak, Rasulullah SAW bahkan sudah memberikan kabar gembira tentang penaklukan Persia, Romawi, dan Yaman. Beliau menggunakan kata "fatihun" (pasti menaklukkan) yang dalam bahasa Arab menunjukkan kepastian terjadinya peristiwa tersebut.

Setelah Persia dan Romawi ditaklukkan, kekayaan dunia memang melimpah ruah kepada kaum Muslimin, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang menggunakan kata kerja "tushabbu" (akan diguyurkan) untuk menggambarkan banyaknya limpahan dunia tersebut.

Sebelumnya, saat dakwah di awal Islam, Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa jika orang-orang Quraisy menerima satu kalimat tauhid, maka seluruh bangsa Arab akan tunduk dan bangsa non-Arab akan membayar jizyah kepada mereka. 

Peringatan Rasulullah SAW tentang Fitnah Dunia

Meskipun demikian, Rasulullah SAW juga memberikan peringatan penting. Beliau bersabda bahwa limpahan dunia ini bisa membuat umat Islam terlena dan berpaling dari jalan yang benar.

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu (mata'ul ghurur). Dunia dengan segala perhiasan dan perniagaannya dapat melalaikan manusia dari tujuan hidup yang sebenarnya.

Allah SWT memuji orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah (rijalun la tulhihim tijaratun wala bai'un 'an zikrillah).

Rasulullah SAW telah mempersiapkan mental para sahabat untuk menghadapi zaman kelapangan dunia agar mereka tidak terjerumus dalam kelalaian dan fitnahnya.

Pentingnya Pendidikan Mental dalam Menghadapi Kelapangan

Pelajaran ini juga relevan dalam mendidik anak-anak kita. Jika kita pernah mengalami kesulitan hidup dan kini diberikan kemudahan, penting untuk mempersiapkan mental anak-anak agar tidak terlena dengan kemewahan dan tetap bersyukur.

Rasulullah SAW memberikan panduan kepada para sahabat agar mereka memiliki bekal ilmu untuk menghadapi berbagai situasi, termasuk ketika dunia dilimpahkan kepada mereka.

Sebagaimana hadis dari Hudzaifah RA yang bertanya tentang keburukan setelah kebaikan, hal ini menunjukkan pentingnya memiliki pengetahuan dan persiapan mental untuk menghadapi berbagai fitnah zaman.

Ketakutan Umar bin Khattab RA atas Kelapangan Dunia

Umar bin Khattab RA, di masa kepemimpinannya, menyaksikan penaklukan wilayah yang luas dan limpahan ghanimah (harta rampasan perang). Namun, hal ini justru membuatnya takut dan menangis.

Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari Al-Misfar ibn Makhram RA, yang menceritakan tentang ghanimah dari perang Qadisiyah, salah satu peperangan besar di masa Umar RA melawan Persia di Irak.

Imam Baihaqi, seorang ahli hadis terkemuka dan penyusun kitab As-Sunan Al-Kubra, meriwayatkan bagaimana Umar RA merasa khawatir dengan kelapangan dunia ini.

Penting untuk dicatat bahwa para ulama hadis terdahulu, seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad, tidak hanya ahli dalam hadis tetapi juga ahli dalam fikih dan usul fikih. Mereka memadukan kedua ilmu ini dalam memahami dan meneliti hadis, berbeda dengan sebagian ahli hadis kontemporer.


Kekhawatiran Umar RA terhadap Dampak Negatif Kekayaan

Umar RA menyadari bahwa seringkali persatuan dan kekompakan terjalin saat kesulitan, namun setelah keberhasilan dan limpahan harta, perselisihan dan perebutan kekuasaan dapat muncul.

Beliau mengutip bahwa tidaklah suatu kaum diberi harta yang banyak melainkan akan diwariskan kepada mereka permusuhan, kebencian, dan kemarahan.

Fenomena ini bahkan terjadi di masa Rasulullah SAW setelah perang Hunain, di mana sebagian kaum Anshar merasa tidak adil dalam pembagian ghanimah.

Rasulullah SAW kemudian memberikan pilihan kepada kaum Anshar antara memilih beliau kembali bersama mereka atau kaum Quraisy kembali dengan membawa harta. Kaum Anshar memilih Rasulullah SAW, menunjukkan kecintaan dan keutamaan akhirat di atas dunia.

Hikmah di Balik Pembagian Ghanimah

Dalam kasus perang Hunain, Rasulullah SAW memberikan sebagian besar ghanimah kepada tokoh-tokoh Quraisy yang baru masuk Islam. Tindakan ini memiliki hikmah yang mendalam, yaitu untuk mengikat hati mereka agar tetap teguh dalam Islam, mengingat pengaruh besar mereka di Makkah.

Para ulama kemudian menjelaskan konsep "muallafati qulubuhum" (orang-orang yang hatinya perlu dieratkan), yaitu mereka yang baru masuk Islam dan memiliki pengaruh di masyarakat.

Pembagian ghanimah dan zakat tidak hanya sekadar pembagian harta, tetapi juga mengandung strategi dan filosofi untuk memperkuat Islam dan menjaga persatuan umat.

Keputusan Rasulullah SAW dalam pembagian ghanimah perang Hunain, yang didasari wahyu, terbukti efektif dalam menjaga keislaman tokoh-tokoh Quraisy, berbeda dengan beberapa suku lain yang murtad setelah Rasulullah SAW wafat.

Pelajaran dari kisah ini adalah pentingnya memahami hikmah dan filosofi di balik ajaran Islam, termasuk dalam hal ibadah dan pembagian harta. Pemahaman yang mendalam akan menghindarkan kita dari prasangka dan pandangan yang sempit.

Kondisi Kebangkitan Islam di Masa Depan

Ustadz menjelaskan bahwa Allah SWT telah memberikan kekuasaan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Kebangkitan Islam di masa depan akan terjadi ketika umat Islam memiliki generasi yang meneladani generasi Nabi dan para sahabat.

Mustahil kebangkitan Islam muncul tanpa adanya generasi yang memiliki kualitas keimanan dan ketakwaan seperti generasi awal Islam. Umat Islam pernah bangkit di tangan Nabi dan para sahabat, kemudian mengalami kemunduran hingga runtuhnya kekhalifahan Utsmaniyah di Turki.

Nabi Muhammad SAW telah mengisyaratkan kembalinya kekuasaan Islam seperti yang pernah dibangun oleh beliau. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang akan mengembalikan kekuasaan tersebut? Jawabannya adalah generasi yang meneladani Nabi dan para sahabat.

Meskipun generasi seperti Nabi dan para sahabat tidak akan lahir kembali, generasi yang memiliki kualitas serupa dapat dilahirkan. Al-Qur'an, hadis, akidah, dan ajaran Islam tetap sama. Perbedaan terletak pada manusia yang saat ini jauh dari sumber-sumber ajaran Islam tersebut.

Oleh karena itu, kunci kebangkitan Islam adalah mengembalikan umat kepada Al-Qur'an, hadis, dan akidah Islam yang benar, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat.

Proses Pembinaan Umat sebagai Kunci Kebangkitan

Ustadz menekankan pentingnya pembinaan dan edukasi umat untuk mencapai kebangkitan Islam. Proses ini dapat dilakukan melalui kajian rutin dan pendidikan yang intensif, seperti yang dilakukan di pesantren.

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak mendirikan pesantren di awal dakwahnya, tetapi langsung membina para sahabat dan mengkader mereka. Setelah 13 tahun di Makkah dan hijrah ke Madinah, para sahabat telah siap untuk mengemban amanah Islam.

Ketika Rasulullah SAW wafat, beliau tersenyum karena telah berhasil melakukan kaderisasi dan tidak ada kekhawatiran akan masa depan Islam. Para sahabat yang ditinggalkan pun telah siap untuk melanjutkan perjuangan.

Proses kaderisasi yang berhasil pada masa Nabi Muhammad SAW dilanjutkan oleh para sahabat, tabiin, dan atba'ut tabiin, yang menghasilkan perkembangan ilmu pengetahuan Islam yang pesat.

Saat ini, umat Islam perlu kembali kepada metode pembinaan yang sama, dengan fokus pada Al-Qur'an, hadis, dan akidah yang benar. Jika proses "instal ulang" nilai-nilai Islam ini berhasil, insyaallah generasi emas Islam akan kembali.

Waktu Kebangkitan adalah Ilmu Allah

Mengenai kapan kebangkitan Islam akan terjadi, Ustadz menjelaskan bahwa hal tersebut adalah ilmu Allah SWT. Tugas umat Islam adalah melakukan edukasi dan menyiapkan umat. Taufik dari Allah SWT akan menentukan segalanya.

Keistiqamahan dalam berjuang dan menapaki jalan kebenaran adalah hal yang penting. Hasilnya, apakah akan tercapai di masa hidup kita atau setelah kita, bukanlah hal utama. Yang terpenting adalah terus berjuang dan tidak berpaling dari jalan Allah SWT.

Ustadz mencontohkan keistiqamahannya dalam mengisi kajian selama 20 tahun sebagai taufik yang mahal dari Allah SWT. Dengan taufik Allah SWT, segala sesuatu akan menjadi mudah.

Sebagai penutup, Ustadz mengajak untuk terus berjuang dan istiqamah di jalan Allah SWT, dan menyerahkan segala urusan waktu kepada-Nya.

Tidak ada komentar untuk "Menyikapi Kelapangan Dunia: Pembelajaran dari Para Sahabat Rasulullah SA"