Syiddah, Tawassuth dan Rakhawah dalam Tajwid

Syiddah

Secara bahasa, kata "syiddah" berarti "kuat." Dalam istilah tajwid, syiddah merujuk pada tertahannya aliran suara ketika melafalkan huruf tertentu untuk menekankan tekanan pada makhroj. Tekanan yang kuat ini menyebabkan sifat syiddah dikategorikan sebagai sifat kuat. Huruf-huruf yang memiliki sifat syiddah dirangkai dalam kalimat "أَجِدُ قَطٌّ بَكَتْ" atau "ajidu qattun bakat," yang meliputi huruf-huruf: ء (hamzah), ج (jim), د (dal), ق (qaf), ط (tha), ب (ba), ك (kaf), dan ت (ta).

Karakteristik Huruf Syiddah

  • Huruf syiddah memiliki sifat yang kuat karena tekanan pada makhrojnya yang menyebabkan suara tertahan.
  • Dari delapan huruf syiddah, hanya dua yang tidak memiliki sifat qalqalah, yaitu ت (ta) dan ك (kaf), yang justru memiliki sifat hams atau aliran udara.
  • Hamzah (ء) tidak memiliki sifat qalqalah karena akan terdengar seperti suara muntah jika dipantulkan. Maka, untuk melafalkan huruf ini, digunakan lima metode untuk menghindari qalqalah:
    • Ditahqiq: Hamzah dilafalkan dengan jelas, misalnya dalam kata "aandartahum."
    • Ditashil: Hamzah dibaca dengan mudah (sahlun), contohnya: "Allahu."
    • Ibdal: Huruf diganti, misalnya dalam kata "iimaanan" yang aslinya adalah "i’maanan."
    • Dipanjangkan (mad)
    • Dinabr: Diberi tekanan, khususnya di akhir kalimat untuk memperjelas keberadaan hamzah.

Hubungan Syiddah dengan Rakhawah, Hams, dan Jahr

Sifat syiddah dan rakhawah berkaitan dengan aliran suara dan tekanannya terhadap makhroj, sementara sifat hams dan jahr berhubungan dengan hembusan nafas dan pita suara. Pada huruf syiddah, aliran suara terhenti karena tekanan kuat pada makhrojnya. Ketika huruf-huruf syiddah seperti ج, د, dan ق disukunkan, suara tidak akan bisa dilanjutkan karena tertahan. Oleh karena itu, huruf-huruf ini disebut memiliki sifat syiddah atau sifat yang kuat.

Rakhawah

Secara bahasa, "rakhawah" berarti lembut. Dalam tajwid, rakhawah mengacu pada aliran suara yang mengalir ketika huruf melewati makhrojnya. Huruf-huruf rakhawah adalah sisa dari huruf-huruf syiddah dan tawassuth, yakni huruf-huruf: خُذْ غِثَّ حَظَّ فَضَّ شَوْصُ زَيَّ سَاهٍ.

Karakteristik Huruf Rakhawah

  • Huruf-huruf rakhawah dilafalkan dengan aliran suara yang lembut, berbeda dengan huruf syiddah yang cenderung kuat dan tertahan.
  • Huruf-huruf rakhawah seperti sin, syin, fa, dan ha memungkinkan aliran suara bahkan tanpa bantuan huruf lain di depannya, berbeda dengan huruf-huruf syiddah yang sering membutuhkan bantuan huruf hidup agar suaranya dapat terdengar.

Tawassuth

Tawassuth berada di antara sifat syiddah dan rakhawah, mengacu pada huruf-huruf yang suaranya tidak tertahan kuat, namun juga tidak terlalu mengalir. Tawassuth disebut juga bainiyah atau "di antara." Huruf-hurufnya adalah ل (lam), ن (nun), م (mim), ر (ro), dan ع (‘ain).

Karakteristik Huruf Tawassuth

  • Huruf Nun (ن) dan Mim (م): Makhroj tertutup pada ujung lidah untuk nun dan bibir untuk mim, namun suara sebagian teralirkan ke hidung (ghunnah).
  • Huruf Lam (ل): Bagian ujung lidah menutup makhroj, namun suara tetap dialirkan ke sisi kanan dan kiri lidah.
  • Huruf Ro (ر): Ujung lidah menghalangi suara dari sisi depan, namun terdapat celah kecil pada ujung lidah untuk memungkinkan sebagian suara mengalir.
  • Huruf ‘Ain (ع): Posisi epiglotis lebih ke belakang dari makhroj ha, menghasilkan tekanan dan aliran suara yang seimbang.

Beberapa Catatan Penting dalam Melafalkan Huruf Syiddah, Rakhawah, dan Tawassuth

  • Huruf-huruf rakhawah dan syiddah harus diucapkan sesuai kadarnya, dengan suara yang lembut untuk rakhawah dan kuat untuk syiddah.
  • Huruf syiddah yang disukunkan harus menekan kuat pada makhrojnya, kecuali untuk hamzah yang membutuhkan penekanan ekstra agar suara jelas terdengar.
  • Hindari pemendekan harakat (ikhtilash) dan penambahan harakat (isyba’) karena hal ini dapat mengubah kadar suara asli pada huruf-huruf yang dilafalkan.

Dengan memahami sifat syiddah, rakhawah, dan tawassuth, serta cara melafalkan huruf-huruf sesuai makhrojnya, kita dapat mencapai pelafalan yang tepat sesuai kaidah tajwid dan menghasilkan bacaan Al-Quran yang lebih indah dan benar.

Tidak ada komentar untuk "Syiddah, Tawassuth dan Rakhawah dalam Tajwid"