Peran Ilmu dalam Menghadapi Tipu Daya Iblis
Tipu Daya Iblis yang Bertahap
Iblis memiliki kesabaran yang luar biasa dalam menyesatkan manusia. Mereka tidak selalu menjerumuskan kita ke dalam kemaksiatan besar secara langsung, tetapi seringkali dengan cara yang bertahap dan halus. Iblis bisa menghalangi kita dari amalan yang lebih utama dengan menawarkan amalan lain yang nilainya lebih rendah, atau bahkan mubah secara berlebihan hingga melalaikan amalan sunah dan wajib.
- Mendahulukan sunah daripada wajib.
- Mengerjakan sunah yang pahalanya lebih ringan dan meninggalkan sunah yang pahalanya lebih besar.
- Mengalihkan dari amalan sunah kepada perkara mubah.
Tujuan iblis adalah agar kita kehilangan kesempatan meraih pahala yang lebih besar secara bertahap.
Peran Ilmu dalam Menghadapi Tipu Daya Iblis
Untuk menghindari tipu daya iblis, ilmu sangatlah penting. Dengan ilmu, kita dapat membedakan amalan yang lebih utama dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan bahwa orang yang menapaki jalan menuju Allah akan terus mendaki tangga ketaatan sesuai dengan ilmunya dan level amalannya. Ilmu menjadi petunjuk dalam meraih tingkatan-tingkatan amal kebaikan.
Ilmu adalah memindahkan gambaran tentang sesuatu yang diketahui dari luar ke dalam jiwa dan meneguhkannya di sana. Amal adalah kebalikannya, yaitu memindahkan gambaran amalan dari dalam diri ke luar dan mewujudkannya dalam tindakan. Kualitas amalan seseorang mencerminkan apa yang ada di dalam hatinya. Jika ilmu yang masuk ke dalam diri adalah kebaikan, maka amalan yang keluar juga akan baik. Sebaliknya, jika yang masuk adalah keburukan, maka yang keluar juga buruk.
Ilmu yang Paling Utama: Makrifatullah
Ilmu yang paling pertama dan utama yang harus dimiliki seorang Muslim adalah ilmu tentang Allah SWT (makrifatullah). Dengan mengenal Allah, kita akan memiliki pemahaman yang benar tentang alam semesta, manusia, kehidupan, serta apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan ini. Pemahaman ini akan membentuk mindset bahwa kita diciptakan oleh Allah, hidup untuk beribadah kepada-Nya, dan akan kembali kepada-Nya untuk dihisab.
Untuk menjalani kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat, Allah menurunkan Al-Qur'an dan mengutus Rasulullah SAW untuk menjelaskannya. Oleh karena itu, ilmu tauhid dan akidah merupakan fondasi yang sangat penting. Keimanan yang benar akan membentuk mindset yang tepat dalam menjalani kehidupan ini sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Tujuan hidup kita adalah beribadah kepada Allah. Ibadah mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Ada ibadah khusus (mahdhah) yang telah ditetapkan ketentuannya, dan ada ibadah umum ('ammah) yang sifatnya lebih luas, mencakup setiap bentuk ketaatan kita kepada hukum Allah.
Ilmu sebagai Kunci Meraih Himmah Aliyah dan Rida Allah
Himmah aliyah, yaitu cita-cita yang tinggi, khususnya dalam meraih rida Allah SWT, sangat bergantung pada ilmu. Ilmu menjadi landasan bagi setiap amalan dan niat kita. Dengan ilmu, niat yang kurang baik dapat dibersihkan, dan kita dapat memahami tingkatan-tingkatan amal, mulai dari yang wajib hingga yang haram. Ilmu juga membantu kita memprioritaskan amalan yang lebih utama dan menghindari kesibukan pada perkara mubah yang berlebihan sehingga mengurangi nilai amalan yang lebih tinggi.
Ilmu tentang Allah SWT (makrifatullah) adalah ilmu yang paling utama. Dengan mengenal Allah, kita memiliki tujuan yang jelas dalam hidup, yaitu beribadah dan meraih rida-Nya. Ilmu tauhid dan akidah membentuk *mindset* yang benar bahwa kita diciptakan oleh Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Dua Pendekatan dalam Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu, terdapat dua pendekatan:
- Dari ushul (pokok) ke furu' (cabang): Memulai dengan mempelajari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
- Dari furu' (cabang) ke ushul (pokok): Memulai dengan mempelajari matan-matan (ringkasan ilmu) kemudian mendalaminya hingga ke sumber utama (Al-Qur'an dan As-Sunnah).
Kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang terpenting adalah tidak berhenti pada salah satu tingkatan, tetapi terus berupaya memahami ilmu hingga ke akarnya (Al-Qur'an dan As-Sunnah) dan mengamalkannya.
Ilmu dan Amal Saling Berkaitan
Ilmu yang benar akan mengantarkan kita pada amalan yang benar pula. Ilmu adalah gambaran yang masuk ke dalam jiwa, sedangkan amal adalah gambaran yang keluar dari jiwa dalam bentuk tindakan. Kualitas amal mencerminkan kualitas ilmu yang ada di dalam diri. Oleh karena itu, penting untuk mencari ilmu dengan niat yang bersih dan dari guru yang juga memiliki ilmu dan niat yang baik.
Pentingnya Waro' dalam Menuntut Ilmu
Selain niat yang bersih, waro' (sikap menjaga diri) juga sangat penting dalam menuntut ilmu. Waro' adalah menjaga diri tidak hanya dari perkara haram dan makruh, tetapi juga dari perkara syubhat (samar-samar) dan bahkan perkara mubah yang berlebihan. Ilmu akan menjadi cahaya yang menerangi jiwa jika didapatkan, dijaga, dan diamalkan dengan menjaga waro'. Ilmu menjaga ketaatan, dan ketaatan menjaga ilmu.
Dengan ilmu yang benar dan amalan yang ikhlas serta sikap waro', seorang Muslim akan meraih tingkatan amal yang tinggi dan mendapatkan rida Allah SWT.
Tidak ada komentar untuk "Peran Ilmu dalam Menghadapi Tipu Daya Iblis"
Posting Komentar