Menghindari Karakter Maghdub dan Dhallin: Penjelasan Lengkap Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Jalan yang Lurus dalam Islam
إنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Zuyyina Lin-Nasi
قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى :
هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًۭا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُوا ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ
Nabi Muhammad ﷺ pernah membuat garis lurus di tanah, dengan beberapa garis lain di kiri dan kanannya. Garis lurus itu melambangkan Islam. Kemudian beliau membaca ayat:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًۭا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُوا ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya." (QS. Al-An’am: 153)
Cara Ahlul Iman Menempuh Jalan Kehidupan
إِنَّ طَرِيقَةَ أَهْلِ ٱلْإِيمَانِ مُشْتَمِيلَةٌ عَلَى ٱلْعِلْمِ بِٱلْحَقِّ وَٱلْعَمَلِ بِهِ، وَٱلْيَهُودُ فَقَدُوا ٱلْعَمَلَ، وَٱلنَّصَارَى فَقَدُوا ٱلْعِلْمَ، وَلِهَٰذَا كَانَ ٱلْغَضَبُ لِلْيَهُودِ، وَٱلضَّلَالُ لِلنَّصَارَى، لِأَنَّ مَنْ عَلِمَ وَتَرَكَ ٱسْتَحَقَّ ٱلْغَضَبَ، بِخِلَافِ مَنْ لَمْ يَعْلَمْ.
Maka jalan ahlul iman itu menyatukan ilmu tentang kebenaran dengan amal. Sementara kaum Yahudi menafikan amal dan kaum Nasrani menafikan ilmu. (Tafsir Ibnu Katsir 1: 33)
Hidayah dalam Shalat
Dalam shalat lima waktu, kita senantiasa memohon hidayah agar tetap teguh di atas jalan yang lurus:
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus." (QS. Al-Fatihah: 6)
Jalan yang lurus adalah Dinul Islam, sebagaimana disabdakan Rasulullah ﷺ:
ٱلصِّرَٰطُ ٱلْمُسْتَقِيمُ هُوَ ٱلَّذِى تَرَكَنَا عَلَيْهِ رَسُولُ ٱللَّهِ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditinggalkan Rasulullah kepada kami." (HR. Ath-Thabari)
Tiga Kelompok Manusia dalam Menempuh Jalan Kehidupan
Surat Al-Fatihah menggambarkan tiga kelompok manusia dalam menempuh jalan kehidupan. Dua kelompok terakhir adalah jalan yang harus dihindari:
1. Kelompok yang Diberi Nikmat oleh Allah
Allah berfirman:
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
"(Yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka..." (QS. Al-Fatihah: 7)
Kelompok ini adalah mereka yang menempuh jalan berdasarkan ilmu dan amal. Mereka adalah ahlul iman, seperti para nabi, siddiqin, syuhada, dan shalihin (QS. An-Nisa: 69).
2. Kelompok yang Dimurkai Allah
Allah berfirman:
غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
"Bukan (jalan) mereka yang dimurkai..." (QS. Al-Fatihah: 7)
Kelompok ini adalah mereka yang memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkannya. Ahli tafsir menunjuk kepada karakter Yahudi, yang mengetahui kebenaran tetapi sering membantah dan meninggalkannya.
3. Kelompok yang Sesat
Allah berfirman:
وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
"Dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. Al-Fatihah: 7)
Kelompok ini adalah mereka yang beramal tanpa ilmu, sering beradaptasi dengan lingkungan dan budaya tanpa merujuk pada syariat. Para ahli tafsir menyoroti karakter Nasrani, yang sering memasukkan unsur budaya ke dalam keagamaan mereka.
Pelajaran dari Kerusakan Yahudi dan Nasrani
Ulama salaf memberikan nasihat penting:
مَنْ فَسَدَ مِنْ عُلَمَائِنَا فَفِيهِ شَبَهٌ مِّنَ ٱلْيَهُودِ، وَمَنْ فَسَدَ مِنْ عُبَّادِنَا فَفِيهِ شَبَهٌ مِّنَ ٱلنَّصَارَى
"Barangsiapa yang rusak dari ulama kita (yang berilmu), maka mereka punya keserupaan dengan Yahudi. Dan barangsiapa yang rusak dari ahli ibadah kita, maka mereka punya keserupaan dengan Nasrani."
Kesimpulan
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللّٰهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
Tidak ada komentar untuk "Menghindari Karakter Maghdub dan Dhallin: Penjelasan Lengkap Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis"
Posting Komentar